Jumat, 29 November 2013

MENCERMATI RPP BISA JADI LANGKAH AWAL MENULIS PTK


 
MENCERMATI RPP
BISA JADI LANGKAH AWAL MENULIS PTK

Benarkah mencermati RPP bisa menjadi langkah awal menulis PTK?  Barangkali pertanyaan itu terlintas di benak bapak dan ibu guru ketika membaca judul tulisan ini. Bagaimana mungkin? Bukankah, langkah awal menulis PTK adalah menemukan masalah?
Coba kita ingat-ingat kembali kegiatan apa yang kita lakukan padaawal tahun pembelajaran. Kita pasti satu jawaban: membuat, atau tepatnya, membenahi perangkat  pembelajaran untun tahun ajaran yang baru. Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah kita benar-benar mau mencermati kemudian membenahi perangkat kita, termasuk RPP-nya? Jadi, bukan hanya mengubah penghitungan alokasi waktu, distribusi alokasi waktu, prota, promes, dan mengganti tanggal, bulan, dan tahunnya.
Baiklah, kali ini saya berprasangka,  bapak ibu melakukan hal yang sama dengan saya yaitu mencermati kelemahan  perangkat kita,  seterusnya kita hanya akan fokus pada RPP, kemudian kita benahi. Begitu selalu kita lakukan setiap tahun ajaran berganti. Mari kita renungkan kembali, apa yang bapak ibu pikirkan saat membenahinya? Tidak hanya mencermati kelemahan sistematika, penggunaan bahasanya, atau yang lainnya, otak kita selalu aktif mengingat kembali bagaimana kita mengajar dengan RPP tersebut di kelas.
Pada tahapan inilah sebenarnya, otak kita secara tidak sadar sedang mengidentifikasi masalah. Bisa jadi saat itu kita teringat suasana kelas yang membosankan, anak-anak mengantuk, bahkan ada yang berbincang-bincang dengan temannya. Apalagi pelajaran tersebut berlangsung pada siang hari musim panas. Ampun deh. Di samping panas, mengantuk, dan lelah, siswa juga sering tidak peduli dengan pembelajaran yang kita sampaikan. Akibatnya, kita menjadi terbawa arus, menjadi ogah-ogahan mengajar dan bahkan terbawa emosi. Awaaas, penyakit manula mengintai! Hehehe.
Refleksi
Berikutnya, mari merefleksi diri dengan beberapa pertanyaan ini. Jawab dengan jujur. Tidak usah ditulis. Cukup diakui saja dalam hati. Kan bukan ujian.
Apa yang terjadi pada saat bapak dan ibu mengenang kembali pembelajaran materi dengan RPP yang sedang bapak dan ibu cermati? Apakah bapak dan ibu menerapkan RPP tersebut dalam pembelajaran? Bila tidak, jangan-jangan RPP bapak ibu hasil kopi paste dan sekedar untuk memenuhi tanggungan administrasi kurikulum sekolah? Yuk ah, segera bertaubat, mumpung masih sempat.
Baiklah, saya balik husnudhon saja dech. Bapak dan ibu menggunakan RPP tersebut tetapi pembelajaran tetap berlangsung tidak menyenangkan dan hasil belajar siswa juga belum maksimal. Mari kita renungkan.  Sebuah RPP idealnya ditulis sebagai rencana pembelajaran yang baik karena kita telah merancang kegiatan pembelajaran, media, bahkan mungkin juga posisi duduk siswa dengan baik.  Kalau pembelajaran berlangsung dan hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita, apa sebabnya?
1.      Kita mengajar dengan tahapan kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang tertuang di RPP. Kalau itu yang terjadi, berari pembelajaran yang kita lakukan yang salah. Tanpa pedoman. Ibarat berperang, kita hanya mempunyai senapan, tetapi ketika kita maju perang kita tidak membawanya apalagi menggunakannya. Bisa mati kan? Hehehe Maaf, bisa gugur kita jadi pahlawan. Hehehe
2.       Kita sudah mengajar menggunakan media dan langkah pembelajaran sesuai RPP tetapi proses belajar dan hasilnya tetap belum maksimal.
Ketika kita sampai pada jawaban kedua inilah sesungguhnya pintu untuk “mengidentifikasi masalah” sudah kita temukan. Selanjutnya, kita cba melihat apakah metode pembelajaran (yang terejawantahkan dalam lengkah-langkah pembelajaran)  dan media pembelajaran yang kita rencanakan memungkinkan terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan?
Saya coba sajikan penggalan RPP mata pelajaran PKn SMP (yang saya kopas dari internet, sengaja tidak saya sebut sumbernya), berikut ini!

Materi Pembelajaran
1.      Pengertian HAM
2.      Dasar hukum penegakan HAM di Indonesia
3.      Lembaga-lembaga perlindungan HAM di Indonesia
C. Metode
      Tanya jawab, diskusi, ceramah bervariasi, dan penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran (Strategi Pembelajaran/Kegiatan Belajar)
1. Pertemuan I
Pendahuluan
a.   Apersepsi
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, dan lain-lain)
b.   Memotivasi
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
 c. Memberikan informasi tentang kompetensi yang akan dicapai.
Kegiatan  Inti
1). Eksplorasi
§  Penjelasan konsep secara umum tentang arti/pengertian HAM yang ada dalam NKRI dikaitkan dengan HAM yang ada di sekitar tempat tinggal siswa.
2).  Elaborasi
§  Melakukan kajian pustaka dengan menelaah UUD 1945 pada Pasal 28A sampai 28J.
§  Membagi siswa dalam 8 kelompok.
§  Menginstruksikan siswa untuk berdiskusi setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J.
3) Konfirmasi
§  Guru meminta pendapat siswa tentang pengertian HAM dan UUD 1945 pada pasal 28A.
§  Setelah selesai, masing-masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi.       
Penutup
a.      Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi.
b.     Memberikan post test sebagai umpan balik.
c.      Melakukan tindak lanjut dengan memberi tugas untuk mempersiapkan diskusi minggu berikutnya dengan membuat resume tentang pengertian HAM, UUD 1945, dan UU No. 39 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 23 tahun 2002.
E.   Sumber Pembelajaran
  • Buku teks Pendidikan Kewarganegaraan: untuk SMP dan MTs Kelas VII
  • Buku UUD 1945
  • UU No. 39 Tahun 1999

Terlepas dari kesalahan bentuk kegiatan apersepsi di bagian pendahuluan maupun konfirmasi di kegiatan inti, mari kita cermati materi,  metode pembelajaran, langkah pembelajaran, dan sumber pembelajaran.
1.        Dari sisi materi kita sepakat bahwa materi dalam RPP ini berupa uraian-uraian panjang, naratif, sejarah yang menuntut banyak ingatan.
2.        Dari sisi metode kita tidak menemukan suatu model pembelajaran “yang beda”. Yang terbayang adalah guru menerangkan, menugaskan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, lalu presentasi. 
3.        Bayangan pelasanaan metode pembelajaran yang “tidak beda, cenderung hambar” semakin tampak pada langkah-langkah pembelajaran (pada bagian inti).
(a)    Pada bagian eksplorasi jelas sekali bahwa guru menerapkan metode ceramah.
(b)    Pada tahap elaborasi bagian “Melakukan kajian pustaka dengan menelaah UUD 1945 pada Pasal 28A sampai 28J” tidak menggambarkan secara jelas apa yang harus dilakukan siswa. Bagaimana cara mengkajinya? Bahan kajian disajikan dengan apa? Teks? Film? Foto? Atau hanya buku teks?  Kalau jawabannya buku teks apalagi hanya LKS, sudah terbayang jelas betapa membosankan pembelajaran yang harus dijalani siswa.
(c)    Pada tahapan “Menginstruksikan untuk berdiskusi setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J”  kegiatan diskusi yang diinstruksikan tidak jelas. Pembentukan kelompoknya seperti apa? Posisi duduknya bagaimana? Bisa jadi ini hanya diskusi untuk mengerjakan soal yang disediakan guru.
4.        Pada bagian sumber pembelajaran kita hanya menemukan buku, buku, dan buku.
Nah bapak dan ibu, bila RPP yang kita rancang seperti di atas, kemudian benar kita laksanakan akan berjalan menyenangkan anak didik? Barangkali bapak dan ibu bisa beragumentasi bahwa pembelajaran di kelas berlangsung menarik karena bapak menggunakan kartu permainan, menggunakan kuis, dan sebagainya. Kalau begitu jawabannya berarti RPP yang kita buat tidak kita gunakan.
Kalau benar kita sudah mengajar dengan cara yang baik, mengapa tidak kita benahi RPP kita?
Penemuan Masalah
Kalau ternyata, pembelajaran bapak berlangsung sesuai dengan RPP dan pembelajaran berangsung kurang menyenangkan dan hasil belajar siswa kurang maksimal, kita telah menemukan permasalahan.
Apa? Ya itu tadi proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasil belajar tidak menyenangkan. Mengapa terjadi? Karena siswa tidak tertarik, tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran bahkan mengantuk. Kalau begitu kita harus meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana cara meningkatkan semua itu? Jawabannya sebenarnya terletak pada faktor penentu hasil belajar “yang bisa direkayasa”. Faktor penentu hasil belajar ada yang alami dan ada yang bisa direkayasa. Yang alami itu seperti minat, bakat, dan kecerdasan. Faktor yang bisa direkayasa itu seperti pendekatan, metode, model pembelajaran, media pembelajaran, dan posisi duduk siswa.
Bila melihat penggalan RPP di atas, kita coba berasumsi bahwa anak-anak tidak termotivasi belajar karena pembelajarannya tidak menyenangkan dan media pembelajarannya pun tidak menarik. Akibatnya hasil belajarnya pun rendah.
Nah, setelah menemuan masalahnya, kita lanjut dengan mencari pemecah (alat/ cara) untuk memecahkan permasalahan tersebut. Bisa jadi menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti film atau foto-foto dokumenter. Bisa juga kita lakukan dengan memilih model pembelajaran TGT yang menuntut adanya unsure berlomba dalam diskusi. Jadi proses diskusi dalam kelompok akan lebih muncul karena adanya keinginan alami setiap individu menjadi yang terbaik.
Jadi, tidak salah kan kalau saya nyatakan bahwa membenahi RPP bisa menjadi langkah pertama menulis PTK?
(Tunggu lanjutannya ya. Sudah nguantuk) 






























Terlepas dari kesalahan bentuk kegiatan apersepsi di bagian pendahuluan maupun konfirmasi di kegiatan inti, mari kita cermati materi,  metode pembelajaran, langkah pembelajaran, dan sumber pembelajaran.
1.        Dari sisi materi kita sepakat bahwa materi dalam RPP ini berupa uraian-uraian panjang, naratif, sejarah yang menuntut banyak ingatan.
2.        Dari sisi metode kita tidak menemukan suatu model pembelajaran “yang beda”. Yang terbayang adalah guru menerangkan, menugaskan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, lalu presentasi. 
3.        Bayangan pelasanaan metode pembelajaran yang “tidak beda, cenderung hambar” semakin tampak pada langkah-langkah pembelajaran (pada bagian inti).
(a)    Pada bagian eksplorasi jelas sekali bahwa guru menerapkan metode ceramah.
(b)    Pada tahap elaborasi bagian “Melakukan kajian pustaka dengan menelaah UUD 1945 pada Pasal 28A sampai 28J” tidak menggambarkan secara jelas apa yang harus dilakukan siswa. Bagaimana cara mengkajinya? Bahan kajian disajikan dengan apa? Teks? Film? Foto? Atau hanya buku teks?  Kalau jawabannya buku teks apalagi hanya LKS, sudah terbayang jelas betapa membosankan pembelajaran yang harus dijalani siswa.
(c)    Pada tahapan “Menginstruksikan untuk berdiskusi setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J”  kegiatan diskusi yang diinstruksikan tidak jelas. Pembentukan kelompoknya seperti apa? Posisi duduknya bagaimana? Bisa jadi ini hanya diskusi untuk mengerjakan soal yang disediakan guru.
4.        Pada bagian sumber pembelajaran kita hanya menemukan buku, buku, dan buku.
Nah bapak dan ibu, bila RPP yang kita rancang seperti di atas, kemudian benar kita laksanakan akan berjalan menyenangkan anak didik? Barangkali bapak dan ibu bisa beragumentasi bahwa pembelajaran di kelas berlangsung menarik karena bapak menggunakan kartu permainan, menggunakan kuis, dan sebagainya. Kalau begitu jawabannya berarti RPP yang kita buat tidak kita gunakan.
Kalau benar kita sudah mengajar dengan cara yang baik, mengapa tidak kita benahi RPP kita?
Penemuan Masalah
Kalau ternyata, pembelajaran bapak berlangsung sesuai dengan RPP dan pembelajaran berangsung kurang menyenangkan dan hasil belajar siswa kurang maksimal, kita telah menemukan permasalahan.
Apa? Ya itu tadi proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasil belajar tidak menyenangkan. Mengapa terjadi? Karena siswa tidak tertarik, tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran bahkan mengantuk. Kalau begitu kita harus meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana cara meningkatkan semua itu? Jawabannya sebenarnya terletak pada faktor penentu hasil belajar “yang bisa direkayasa”. Faktor penentu hasil belajar ada yang alami dan ada yang bisa direkayasa. Yang alami itu seperti minat, bakat, dan kecerdasan. Faktor yang bisa direkayasa itu seperti pendekatan, metode, model pembelajaran, media pembelajaran, dan posisi duduk siswa.
Bila melihat penggalan RPP di atas, kita coba berasumsi bahwa anak-anak tidak termotivasi belajar karena pembelajarannya tidak menyenangkan dan media pembelajarannya pun tidak menarik. Akibatnya hasil belajarnya pun rendah.
Nah, setelah menemuan masalahnya, kita lanjut dengan mencari pemecah (alat/ cara) untuk memecahkan permasalahan tersebut. Bisa jadi menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti film atau foto-foto dokumenter. Bisa juga kita lakukan dengan memilih model pembelajaran TGT yang menuntut adanya unsure berlomba dalam diskusi. Jadi proses diskusi dalam kelompok akan lebih muncul karena adanya keinginan alami setiap individu menjadi yang terbaik.
Jadi, tidak salah kan kalau saya nyatakan bahwa membenahi RPP bisa menjadi langkah pertama menulis PTK?

(Tunggu lanjutannya ya. Sudah nguantuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar