Rabu, 29 Juli 2015

Waktu (2)

Waktu mengencangkan kenangan
Menguatkan kesepian
Merapatkan kepedihan.
Hingga perasaan bersepaham dengan logika
Menutup jalan harap ke depan
Pada dinding mimpi, kutuliskan:
Bila tak dapat kumiliki engkau di masa depan,
izinkan kudekap engkau dalam kenangan.
Ah Yo
pagi ini, ketika tak juga dapat kudengar suara baritonmu, kuputuskan
memilih kesendirian jadi pasangan.

Kangen 1

Kekasih
Malam ini, sengaja kubuka pintu dan jendela mimpiku
agar kau leluasa datang
kapan kau suka.
Telah kuhias beranda dan kamar kita
dengan aroma dupa dan wangi mawar
sesaji bagi sembahyang cinta kita
di atas sajadah kerinduan.
Pada puncak kerinduan
kusiram sepi dengan air mata
sembari tangan menadah dan bibir merapal doa
Sungguh ... aku kangen.

Kematian

Hidup benar adalah sandiwara.
Ada yang datang, ada yang pulang.
Masing-masing diiringi doa dan harapan.
Setiap kubaca khabar tentang kepulangan, ada perih yang diam-diam merejam.
Tentang kehilangan yang menyisakan kelam.
Jangan dikecam. 
Waktu akan mengubur pelan-pelan.
Tuhan tak pernah meninggalkan kita dalam kesedihan.
Dia hadirkan yang lain, 
Dia tanamkan lupa dan sisa kenangan.
Kematian dan kelahiran  hanya puzzle kehidupan. 
Semua kita kelak akan sampai di akhir permainan.

SUKSES ITU PILIHAN

Kemarin terima raport Mas Noval. Hari ini terima rapot Mbak Fa.
Pertanyaan saya,"Gimana? Sudah puas nilai segitu?"
"Anu My ..."
Meluncurlah kalimat panjang putriku.
Setelah dia usai merefleksi diri, kusampaikan komentarku.
"Ya sudah. Kalau mau nilainya tetep ya Mbak Fa boleh tetep main game, FB-an cuma buat haha hihihi. Nggak apa-apa. Belajar itu seperti nanam buah. Kalau Mbak Fa nanemnya sambil main-main, banyak main-mainnya, lupa nyiram, lupa bersihin rumput yaaa nggak panen. Pohonnya bakal kerdil, gak berbuah, bahkan bisa mati."
"Iya Mi. Aku mau belajar lebih giat."
"Jangan lupa ..., berdoa. Allah yang memutuskan hasil akhirnya."
Mbak Fa pun tersenyum. Lega mungkin dia. Nggak ngira gak dimarahi.
Bagi saya, memarahi anak bukanlah hal bijak. Anak perlu belajar dari kesalahan yang dia lakukan. Itu pelajaran penting. Lebih bermakna ketimbang diteorikan.
Lagipula belajar di kelas unggulan sudah suatu beban moral. Berkali-kali saya tawarkan, apa dia pengin pindah kelas, ternyata ia memilih bertahan.
Ya sudah Nduk, kalau itu pilihanmu. Umy cuma bisa mendoakan, semoga diridloi Allah dan kamu kelak jadi perempuan salehah yang cerdas.
Amiin.

Kangen

Di jalan ini dahulu kususuri liku dan kelamnya
hingga hujan menderas dari hati.

Kini ku ingin kembali menyusuri malam hingga menemukanmu kembali.
Sebab telah kumengerti kemana pencarian ini harus berhenti.
Kembali pulang dan mengembalikanmu di hati.

TUKANG SAYUR VS SUPERMARKET

Saat kita belanja di supermarket, kita diam dan nurut-nurut saja dengan berapa pun harga yang ditetapkan. Bahkan, kita dengan rela mengiyakan untuk mendonasikannya ketika kasir bilang tak ada kembalian. Padahal kita sering tak tahu siapa penerima donasi itu. Giliran kita beli sayur atau buah, selisih seribu bahkan lima ratus rupiah saja kita ngotot bermenit-menit. Takkah setitik rasa empati kita terketuk melihat saudara kita yang harus bekerja keras demi mendapatkan serupiah demi serupiah. Betapa sadisnya kita.

44 TAHUN SUDAH (Refleksi di HUT-ku, 7 Juli 2015)

Hari ini genap sudah Perjalanan di tahun ke 44 masih tertatih tanpa lelah menggapai berkah menuju pintu taubat. 44 tahun sudah masih juga diri ini lemah tak ada prasasti, tak ak ada bukti telah temukan jati diri. Terus bergumul hari ke hari mencari ridho Sang Maha Sejati. 44 tahun sudah catatan keseharian kutorehkan hitam dan merah tinta banyak tertumpah mengelamkan hati yang terlahir fitrah. Meski terus menengadah alfa dan khilaf seperti gairah menenggelamkan sesal pada air mata satu satu hingga beribu menjadi saksi: sungguh aku hamba yang lemah. 44 tahun sudah dan aku belum juga berbuat apa-apa tetap belum menjadi siapa-siapa. Tak ada sejarah Hanya tangan yang tak lelah menengadah. Tuhan .... bila harap panjang umurku Engkau kabulkan Satu harapku: berkahkanlah kemampuanku melanjutkan pertaubatan agar dapat kugapai cinta-Mu.

Nasihat untuk Diri

Tuhan menciptakan penyesalan agar kita melakukan perbaikan, sama seperti Ia menghadirkan esok hari agar kita terus berbenah diri.

WAKTU

Ia tak pernah kembali setelah berlalu Ia bersetia pada setiap Yang setia menunggu kapan janji ditunaikan. Waktu adalah awal menuju keabadian.

MEMBACA SURATMU

Ketika mereka berlomba membaca suratmu dengan lantang, aku masih juga di sini. Bergelut dengan bumbu masak, tahu tempe, seikat bayam, dan sejumput terasi dan garam. Ketika dengan lantang mereka memperdengarkan surat-suratmu, masih juga kurajut huruf demi huruf demi tugas esok hari. sambil sesekali mengelus dada saat menemui banyak khilaf di sana. "Apa yang telah kutanam pada ladang masa depan mereka?" Ketika semua masih terlelap, aku harus bangun bersegera lalu diam-diam menghadap-Mu. Masih sunyi. Tanpa toa, tanpa euforia. Dalam senyap, segala kesah dan harap berderap. Mengalahkan segala. Hanya sekejap, dapat kucumbui huruf demi huruf suratmu. Namun hatiku masyuk, mabuk atas candu kata-katamu. Ketika orang ramai masuk ruang pestamu Kupilih memainkan irama penggorengan dan piring serta sendok. Tak beraturan. Tapi nada dasarnya sama. Ia hanya sebagian kecil dari surat-suratmu yang kupuisikan.

MEMBACA EMBUN

Embun luruh usai subuh bagimu tak ada yang istimewa meski ia bersetia mengantar matahari merangkak hingga engkau memiliki hak pada pertemuan yang berkah. Embun melesat hilang ketika siang tak lagi menyisakan bayangan bagimu tak ada yang istimewa meski ia menjadi punggawa pada pertemuan penuh cahaya. Seperti embun begitulah kasih sayang Yang menetes pada hati dan menghidupkanmu sayang engkau lupa menebarkan pada anak-anak malang yang terlahir tanpa kasih sayang. Seperti embun saat senja hanya cerita begitulah engkau berteriak tentang sedekah dan kebaikan lainnya. senyatanya kau lebih memilih menyembunyikan kedua tanganmu. Katamu, tangan-tangan lemah dan berdaki itu tak layak menyentuh ujung jariku. Malam tanpa cahaya adalah hatimu entah sampai kapan?

CINTA ITU MASIH ADA

Membayangkan saja, sudah berurai air mata. Lalu bagaimana harus kulalui lebaran tahun ini tanpa mereka? Tak ada lagi tangan keriput yang akan kucium saat sungkeman. Tak ada lagi tubuh renta yang akan memelukku dengan hangat cinta. Tak ada lagi yang akan vercerita tentang moyang kita. Tak ada. Hanya cinta yang merebak dimana-mana. Di rumah ibu, kutemu banyak cinta. Ada banyak senyum Ibu di langit2 kamarnya, di sudut-sudut dapur. Ada wangi ibu dan aroma rokok bapak di mushola. Ada wibawa suara bapak dan teduh tatap mata ibu di setiap sudut rumah. Cinta itu masih ada. Allahumaghfirlahum warhamhum wa afihi wa' fu 'anhum.

MEMBACA SURATMU

Tentang tanah dari ujung timur negeri ada darah yang alir dari hatiku, bukan lagi air mata. Katakan padaku, bagaimana mungkin bisa kita tegak menatap dunia sementara pada saudara sendiri kita begitu aniaya? Batubara, emas, dan segal isi hutan mereka kita jual dan nikmati hasilnya jauh lebih besar dari pemiliknya tanpa peduli, mereka menikmati sengsaranya. Lihatlah ... pada orang-orang yang kau ghibahkan kurang beradab ada luka peradaban yang kita torehkan. Lalu bagaimana kita sanggup meneriakkan "Kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia" ketika kita diam-diam saja pada segala aksi aniaya atas saudara-saudara kita. Surat dari tanah timur itu hanya sedikit jerit yang sempat terdengar sebagian saudara kita hanya bisa diam terbungkam atau dibungkam ketiadaberdayaan. Bagaimana mungkin, sanggup kutuliskan teori-teori keadilan dan kubacakan buku-buku pelajaran sambil bercerita pada anak-anak didikku tentang sebuah negeri kaya raya yang membentangkan kata "Keadilan" tinggi-tinggi di setiap penjuru ketika yang kutemukan adalah sebaliknya. Katakan, bagaimana dapat aku berdiri tegak di hadapan anak-anakku ketika tak ada satu pun langkah kulakukan menegakkan ketiadaberdayaan yang meluluhlantakkan kemanusiaan? Pada wajah-wajah tak berdaya aku temukan kepasrahan tak berbatas pada Tuhan saja mereka kini berharap keadilan ditegakkan. "Setidaknya, ajari kami bagaimana menggerakkan kaki dan tangan sendiri agar kami dapat mengolah kekayaan tanah kami sendiri," Begitulah yang kubaca pada tatap hampa mereka. Seperti mereka, aku pun tak berdaya. Tapi doa dan harap tak boleh tuntas bergandengan tangan, menyuarakan kebenaran, dan berbagi adalah langkah pasti di tengah ketidakpastian.

MEMBACA PEREMPUAN

Bahkan ketika engkau mulai udzur di tangannyalah engkau bergantung apa yang dapat kau nikmati di meja makan. Di tangannya cinta mengalir lewat tahu tempe goreng, ikan dan jengkol bakar, juga sop dan lodeh kuah bersantan. Bacalah jalan hidupmu perempuanlah yang rela malam-malamnya tersita saat engkau menangis membasahi tubuh mereka dan menjerit meminta air susunya. Bacalah perempuanlah yang sembunyi-sembunyi menelan air mata ketika engkau terbaring sakit dan berjibaku melawan kehidupan. Bacalah dan kau akan mengerti perempuan itu ibumu, istrimu, bahkan anakmu. Maka lukislah hati perempuan dengan cinta dan kelemahlembutan. Kelak akan kau panen kehangatan dalam setiap langkah kehidupan.

PENGAKUAN

Malam ini Kuingin tidur lelap melipat kenang tentangmu di antara barisan bulu mataku. Sembari berharap kau beri aku sedikit waktu untuk menebus rindu masa lalu dan mengucap, "Aku memujamu."

Cukup Sudah

Setahun lebih kupilih menutup pagar, pintu, jendela, bahkan setiap lubang yang memungkinkan kenanganmu masuk dalam otakku. Takkan kubiarkan itu terjadi, Yo. Cukup sudah air mata tertumpah. Cukup sudah prosa liris yang miris. Takkan kubuat puisi rindu yang menyayat kalbu. Aku tahu, kau bukan lelaki setengah baya yang selalu hadir dalam mimpiku. Bukan. Karena aku tahu, kau bukan sosok kekar yang sanggup menopangku ketika aku limbung. Kau juga bukan lelaki gagah yang bersedia meminjamkan bahumu saat aku tersedu-sedu. Kau juga bukan Romeo yang mampu menggubah syair romantis untukku. Tidak, Yo. Kau hanya sempurna dalam imajinasiku. Dan pemujaanku yang berlebihan membuatku buta. Mataku apalagi hatiku selama ini tak mampu melihat semua itu. Salahkah bila kini kupilih melanjutkan perjalanan ini. Entah di pelabuhan mana dapat kutemukan lelaki setengah abadku. Pencarianku takkan terhenti. Tidak. Tapi Yo, andai kelak sekali lagi kau menyebut namaku, meski lirih, aku pasti kembali untukmu.

Cintamu

Cintamu memenjara waktu di sini usia kita terhenti tepat saat kau tandai janji untuk bergandeng tangan sampai mati.

BELAJAR BERMAKNA

Sekedar berbagi. Beginilah cara saya menanggapi kritikan-kritikan tajam dari Bu Aulia Wijiasih. Duluuuu awal-awal mengenal beliau, saya suka sakit perut dan kram membaca kritikannya yang ibarat bon cabe, level tertinggi. Namun, semakin lama saya menyimak kritikan beliau, saya makin sadar, wajar kalau beliau gregeten. Ya ... banyak kita yang mengajar jauh dari kebutuhan siswa. Sejak itu, semua pembelajaran yang saya lakukan, selalu saya upayakan untuk "terkait" dengan kehiupan nyata anak didik saya. Beberapa yang sudah saya lakukan antara lain. 1. Pembelajaran teks laporan hasil observasi. Anak-anak mengobservasi lingkungan alam di sekitarnya. Tentu tidak sekadar memilih; tetapi harus ada nilainya, mengapa memilih lokasi itu. Tak hanya menuliskannya, tetapi mereka harus membuat laporan hasil observasi dengan video. Memang tak harus menggunakan handycam. Boleh hanya dengan kamera HP. Video ini harus dipresentasikan di depan kelas. Selanjutnya dibuat versi tulisnya. Sekali jalan, dapat 2 KD. Memproduksi teks laporan hasil observasi lisan kemudian mengonversikannya dalam bentuk teks laporan hasil observasi tulis (KD 4,4). Hasilnya? Serulah. Anak-anak jadi kenal dan tahu lebih jauh tentang lingkungannya. Yang pasti, laporannya jujur sekali. Tidak mengada-ada. Saya yang lebih banyak tidak tahu obyek yang diobservasi siswa pun jadi tahu karena ada bukti fisiknya (video). Sayang ya .... best practicenya gak masuk nominasi lomba best prctice hehehehe 2. Teks Negosiasi. Saya mencoba mengajarkan pada anak-anak saya hal yang bermakna. Bukan yang di buku teks semata, bukan teoritis semata. Di buku teks kelas X untuk materi TEKS NEGOSIASI, siswa ditugakan membuat surat penawaran. Usaha yang dituliskan adalah dagang batik. Lha, Batu bukan kota batik. Berapa banyak sih anak didikku yang tahu usaha batik. Maka, tugasnya saya ubah: A. 1) Anak-anak mengamati usaha lokal di Kota Batu. 2) memilih salah satu yang menarik untuk dikembangkan. 3) menentukan alasan-alasannya. 4) Mencari contoh usaha serupa baik yang berkembang maupun kurang berkembang. 5) Menganalisis mengapa usaha-usaha itu maju atau gagal. (Tugas 1-5 dipresentasikan lisan dalam konsultasi di kelas) B. Tugas berikutnya adalah membuat usaha tersebut dengan menentukan (a) apa keunggulan yang ditawarkan; (b) membuat surat penawaran produk (negosiasi tulis). Catatan: Tugas-tugas ini saya bimbing offline (dalam pertemuan di kelas) maupun online. Hasil akhirnya, siswa harus mengumpulkan dalam bentuk soft kopi ,mulai dari draft awal surat (penuh coretan hasil konsultasi), beserta brosur penawarannya. Karena terkait dengan banyak gambar, maka siswa boleh menggunakan gambar dari internet. Fokus pembelajaran adalah membuat surat penawaran. Hasilnya bagus-bagus. Serunya pembelajaran ini adalah: Anak belajar mengembangkan usaha dengan menganalisis potensi bisnis di sekitar tempat tinggalnya. (b) mereka terhindar dari plagiat. Mau plagiasi bagaimana wong sejak milih jenis usaha saja sudah dikawal gurunya yang super nyiyir hehehe. (c) Mereka tampak bahagia dan berseri-seri ketika mengenalkan usahanya pada rekan-rekannya. Bahasa lebaynya, saya melihat mimpi mereka jadi bisnisman hebat di wajah mereka. (Semoga terwujudya, Nak). 3. Yang sedang berlangsung saat ini adalah membuat TEKS CERPEN. Saya menggunakan The Copy Master. Saya sudah pernah membagi catatan tentang metode the copy master ini beberapa waktu yang lalu. Sejak awal siswa harus mengonsultasikan pada saya tentang ide cerita yang akan mereka buat. Selanjutnya, menulis cerpen ini juga harus dikonsultasikan dalam pertemuan di kelas. mereka juga harus menguploadnya di wall grup kelas FB tertutup. Tujuannya adalah agar tulisannya mendapatkan masukan dari teman-temannya. (Yang memberi masukan mendapat rewardnilai). Ini sangat membantu terbatasnya waktu yang tersedia dalam tatap muka untuk bisa mengomentari cerpen siswa satu persatu. Selain itu, sekali lagi, insyaallah anak-anak terhindar dari plagiasi. Mau plagiat darimana? Wong sejak awal sama gurunya ini dipendeliki. Hasil akhir pekerjaan mereka tentu saja TIDAK HARUS SANGAT SEMPURNA. Yang penting adalah mereka MAU BELAJAR DAN JUJUR. Itu sebabnya, pengumpulan tugasnya juga harus menyertakan tugas-tugas mereka sebelumnya. Nah ... perubahan dari pekerjaan awal sampai ke akhir itulah sejatinya hasil belajar mereka. Saya akan posting contoh tugs-tugas siswa saya dalam postingan berikutnya.

Selasa, 28 Juli 2015

PERAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DALAM IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014

Untuk dapat mengetahui Peran Dinas Pendidikan provinsi, silakan lihat di FILE grup FB Ikatan Guru Indonesia (IGI) Di sini

Call for Paper untuk Guru dalam Seminar Nasional Tahun 2015

Silakan segera kirim makalah Anda untuk mengikuti seminar nasional Peningkatan Karier pendidik berbasis karya Ilmiah di Universitas Negeri Malang tanggal 23 Agustus 2015 bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Umum Ikatan Guru Idonesia, dan Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia.

Surat Edaran Mendikbud tentang Pencegahan Praktik Perpeloncoan, Pelecehan dan Kekerasa pada MOS/ MOPDB

Meski sedikit terlambat, Menikbud Anies Baswedan mengeluarkan Surat edaran tentang Pencegahan Praktik perpeloncoan, Pelecehan dan Kekerasan pada Orientasi Peserta Didik baru.

Surat edaran yang ditandatangani tanggal 24 Juli 2015 tersebut beredar luas di media sosial sejak Senin, 27 juli 2015. Tak hanya dengan tegas menetapka larangan prakktik-praktik perpeloncoan, pelecehan, dan kekerasan, melalui Surat Edaran tersebut, Anies Baswedan juga mengimbau masyarakat, khususnya orang tua untuk melaporkan segala tindak penyimpngan dalam MOPDB/ MOS ke situs http://mopd.kemdikbud.go.id/.




Sambutan MendikbudAnies Baswedan pada upacara bendera hari pertama masuk sekolah

Mendikbud Anies baswedan memberi perhatian cukup serius pada peserta didik padahari pertama masuk sekolah. Tak hanya mulai membudayakan budaya positif baru, seperti anjuran pada orang tua agar megantar anaknya padahari pertama masuk sekolah, Anies Baswedan juga menyampaikan pidatonya.

Berikut adalah link http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/index-berita-bulanan/2015/berita-bulan-juli-2015/1264-ini-sambutan-mendikbud-pada-hari-pertama-sekolah-tahun-pelajaran-2015-2016

SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

Pada Upacara Bendera Hari Pertama Sekolah Tahun Ajaran 2015/2016

Hari ini adalah hari istimewa bagi kita semua. Kita mengawali hari dengan berkumpul bersama di halaman ini. Kita bersama-sama melaksanakan upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan kita,
menghormat bendera sembari berbaris rapi sebagai satu komunitas sekolah yang sama. Hari ini
istimewa karena inilah hari pertama kita pada tahun ajaran 2015/2016 ini.

Pada hari pertama sekolah ini pula, upacara yang sama ini digelar di setiap sekolah di seluruh penjuru negeri kita tercinta ini. Pada hari ini kalian berdiri rapi bersama saudara-saudara sebayamu dari
Sabang sampai Merauke melaksanakan upacara hari pertama memasuki tahun ajaran baru. Semua
berseragam rapi, menghormati bendera yang sama, sang dwi warna, menyanyikan lagu kebangsaan yang sama, Indonesia Raya.

Hari ini kita bukan sekadar berkumpul di lapangan. Panjang barisan kalian kalau bergandeng tangan sambung-menyambung akan menghubungkan Kota Sabang di Pulau We hingga Kota Merauke di
Papua, yang panjangnya 8.514 km, hingga 4 kali. Berkumpulnya kalian di hari ini adalah juga
mengirim pesan bahwa barisan besar ini adalah barisan anak bangsa yang sedang bergerak bersama
mendorong kemajuan dan menyongsong masa depan gemilang untuk negeri ini.

Bagi para siswa semua yang saya cintai dan banggakan, di tahun ajaran baru ini, perbaruilah semangat kalian. Belajarlah dengan kesungguhan. Tuntaskanlah setiap pelajaran, terlibatlah dalam kegiatan-
kegiatan di sekolah, berlatihlah untuk bisa memimpin dan dipimpin.

Kalian adalah pemilik masa depan Republik tercinta ini. Kalian tidak hanya sekedar pewaris, tapi di tangan kalianlah masa depan bangsa ini berada. Masa depan negeri ini ada di genggaman anda sekalian! Namun masa depan gemilang tak datang dengan sendirinya, tapi harus diraih melalui kerja keras dan perjuangan, dimulai dari bangku sekolah ini. Pesan saya adalah tinggikan mimpimu, cita- citamu, lalu kerja keraslah, berdoa dengan kesungguhan lalu targetkan pada dirimu bukan hanya
berusaha untuk meraih cita-citamu, tapi kalian harus bisa melampaui cita-citamu itu.

Bagi Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan yang saya hormati dan banggakan, anak-anak didik yang hadir disini adalah amanah dari orang tua dan bangsa. Mereka percayakan pada Ibu dan Bapak untuk mendidik, mencerdaskan dan mencerahkan mereka.

Bagi sebagian Guru, hari ini adalah hari pertama bertugas di kelas baru, mata pelajaran baru atau bertemu dengan siswa-siswa baru. Demikian juga bagi Kepala Sekolah, ini adalah hari pertama
menyambut siswa-siswa yang masuk dari jenjang paling bawah. Jangan biarkan upacara setiap Senin ini menjadi sekadar kegiatan seremonial, tapi harus menjadi wahana bagi seluruh warga sekolah untuk berinteraksi secara reguler dan menjadi wahana bagi Kepala Sekolah untuk memberikan paparan dan arahan bagi seluruh warga sekolah secara rutin.


Mari bersama-sama kita tingkatkan kualitas pendidikan kita dengan menyadari bahwa bukan hanya
para siswa, tetapi kita semua harus bisa dan harus tetap menjadi pembelajar. Mari kita tumbuh kembangkan anak didik kita bukan saja untuk meraih angka-angka tinggi di tiap mata pelajaran, tapi mari kita berikan pada mereka keteladanan dalam berbudi pekerti dan kita tumbuhkan karakter kepemimpinan mereka. Mari kita kembangkan budaya sekolah yang bisa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi efektif, bekerja sama dan berkreativitas bagi semua anak didik
kita. Mulai hari ini, mari kita kuatkan jalinan silaturahmi sekolah dengan keluarga melalui interaksi
yang baik dan rutin antara Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Orang Tua/Wali. Mari kita kembangkan
semua itu melalui kegiatan intra-kurikular, ekstra-kurikuler maupun kegiatan non-kurikuler. Republik ini membutuhkan generasi baru yang bisa menjawab dan memenangkan tantangan di
jamannya nanti.

Karena itu pulalah, hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai babak baru bagi kita semua. Ini saat bagi kita untuk membentuk sekolah menjadi taman, menjadi ekosistem pendidikan yang penuh
tantangan tapi menyenangkan bagi semua warganya. Siswa senang belajar di sekolah, guru-guru tulus
dan gembira dalam mendidik serta menginspirasi, Kepala Sekolah yang bersemangat membangun
budaya baik di sekolahnya serta membina warganya.

Ini juga kesempatan bagi kita untuk memulai pembiasaan dalam ekosistem sekolah ini. Saat kita menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik yang akan menjadi karakter dan budaya warganya. Mari
biasakan lakukan hal baik, mari kerjakan dengan rutin, karena apa yang kita biasakan akan
membentuk budi pekerti kita.

Perlu diingat bahwa budi pekerti ini bukan hanya tentang siswa, tapi juga budi pekerti dari kita semua di dunia pendidikan; termasuk budi pekerti dari seluruh warga sekolah, dari Siswa, Guru, Kepala
Sekolah dan Tenaga Kependidikan lainnya.

Dalam usaha penumbuhan budi pekerti ini, mari kita libatkan orangtua secara dekat, karena Orangtua dan Guru adalah mitra yang perlu bergandengan tangan saat menuntun tumbuh kembang siswa. Jangan lupakan pula pelibatan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah. Jangan jadikan sekolah sebagai ruang tertutup, namun bukalah satu dindingnya kepada luasnya kenyataan yang ada di masyarakat. Ajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut berbagi kepada siswa di sekolah dan ajak siswa terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat di sekitar sekolah.

Mari kita niatkan ikhtiar ini sebagai langkah awal untuk menumbuhkan siswa kita menjadi anak-anak pembelajar. Langkah pertama di tahun ajaran ini bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk menjadi teladan sepanjang tahun. Dan bila kita terus bekerja dengan semangat yang sama di sepanjang tahun dan diikuti tahun-tahun berikutnya, maka kita semua sedang bergerak cepat membentuk bangsa
kokoh.

Para siswa yang sedang berdiri di lapangan ini adalah putra-putri bangsa yang akan memimpin Indonesia saat kita merayakan 100 tahun Indonesia Merdeka. Izinkan anak-anak kita tumbuh semua
potensinya, menjadi yang terbaik dari dirinya, dan kelak mereka bisa bersama-sama menjadi generasi
baru, pembuat Indonesia jadi negeri maju, sejahtera yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.


Selamat berjuang sepanjang satu tahun ke depan!


Salam hangat dan hormat dari seluruh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.




Anies Baswedan