Sabtu, 16 November 2013

KAMIS, 22 JANUARI 2009
Ilmu yang bermanfaat

Siapa bilang untuk jadi seorang penda'wah atau guru seseorang harus jadi sarjana atau nantri bertahun-tahun?

Siapa pun kita sesungguhnya memiliki kewajiban untuk berda'wah.

Emang bisa? Supaya nggak muter-muter mikirnya, lebih baik kita coba merenungkan sebenarnya berda'wah atau syi'ar itu apa sich? Nabi Muhammad SAW berpesan pada kita, umatnya bahwa setiap kita harus menyampaikan kebenaran meskipun hanya satu ayat, mean kecil atau sedikit. Bayangkan kalo setiap kita mengamalkan pesan Nabi Muhammad tersebut? Wow bisa-bisa ilmu sekecil apapun , meski seharusnya nggak ada pandangan ilmu yang kurang berarti, insya Allah setiap kita akan dapat memperoleh pahala dari ilmu yang bermanfaat yang nggak bakalan putus-putus meski kita sudah mati sekali pun.

Coba aja bayangin, apa yang saya alami sekitar sebelas tahun lalu, semasa masih bertugas di Muncar Banyuwangi. Seperti biasa, sebagai seorang drunker (maklum, biasanyasaya selalu mabuk darat kalau naik bus atau angkot), saya selalu berusaha untuk tidur pas melewati Gunung Kumitir.

Bayangkan... bagi seorang pemabuk, jalanan yang rata sekalipun sudah mampu membuat mabuk hingga lemas, apalagi jalan mendaki menaiki gunung kemudian turun lagi sepanjang hampir 10 KM. Bukan perjalanan yang ringan bukan.

Bagi yang pernah ke Banyuwangi atau ke Bali lewat Jember pasti tahu betapa tinggi dan curamnya jalanan sepanjang gunung Kumitir itu.

Waktu itu bus sudah mulai mendaki, saya melihat seorang ibu-ibu berusia sekitar lima puluh tahunan yang nampak tenang-tenang saja. Saya kemudian mencoba menanyainya.

 "Ibu tidak tidur?"

"Memangnya kenapa, Mbak?"
"Kan sebentar lagi jalannya menanjak. Ibu tidak takut?"
 "Justru karena jalannya menanjak dan mengerikan itulah saya tidak tidur", jawabnya lagi.
 "Maksud Ibu? Ibu tidak takut mabuk?"
"Mbak... sebaiknya jika jalannya menanjak, sulit, atau berbahaya kita tetap terjaga. Perbanyak baca istighfar dan shalawat Nabi. Jadi, kalo ada apa-apa kita tetap dalam keadaan beriman".

 Subhanallah!!!!!

Saya seperti terjaga dari mimpi panjang selama ini. Ya Allah.... betapa saat itu saya terperangah. Bagaimana tidak? Selama bertahun-tahun saya mencoba mengurangi rasa mual dan menghindari mabuk,saya selalu berusaha untuk tidur. Hal itu juga selalu yang disarankan oleh orang-orang di sekitar saya.

Ya Allah betapa luar biasanya pemikiran ibu-ibu yang dari penampilannya saja kurang menunjukkan bahwa dia orang yang berpendidikan tinggi itu. Betapa benar pernyataan beliau. Di jalan menanjak yang mengerikan ini... jika tiba-tiba terjadi sesuatu dan Allah memanggil kita, siapa yang dapat menjamin apakah kita mati dalam keadaan beriman atau khilaf, jika kita tertidur? Apakah tidur dapat menghindarkan kita dari rasa mual dan mabuk? Bukankah Allah yang akan melindungi dan menjaga kita dari segala musibah yang bakal terjadi?
Kupandangi perempuan sederhana itu tanpa sanggup lagi berkata apa-apa. Jalanan mulai mendaki.

Kukeluarkan sebungkus permen nano-nano sama sbotol air mineral buat jaga-jaga kalau mual dan mabukku datang. Dalam hati... pelan-pelan kubimbing hatiku untuk berdzikir, baca istighfar, shalawat Nabi, dan nggak lupa "La Haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiem". Berkali-kali.

Alhamdulillah.... saya nggak mual..... nggak pusing... nggak ngeri liat kanan kiri jalan yang merupakan jurang yang sangat dalam. Puncak gunung terlewati. Hatiku semakin mantap... rasa takutku hilang, ada sedikit harapan bahwa saya  nggak bakalan mabuk.

Ya Allah.... hamba percaya kepada pertolongan dan perlindungan Mu, gumamku sambil terus membaca dzikir dalam hatiku.

Subhanallah! Perjalanan menaiki dan menuruni gunung Kumitir telah terlewati. Memasuki wilayah Kota Baru.... hingga Genteng aku benar2 nggak mabuk. Alhamdulillah. Karena kelelahan saya tertidur. Saya  nggak tahu kapan ibu-ibu yang berjasa tadi turun, jadi saya sungguh menyesal gak pernah sempat mengucapkan terima kasih. dan aku bener-bener nggak mabuk hari itu. Juga hari-hari setelah itu.

Alhamdulillahsaya  nggak pernah mabuk lagi. meski perjalanan jauh sekali pun. Betapa luar biasanya manfaat sedikit ilmu yang beliau sampaikan padaku hari itu. Mungkin beliau nggak sengaja dan nggak sadar bahwa hari itu beliau telah berda'wah luar biasa. Sangat besar. Tak hanya karena dengan nasihatnyasaya  bisa terbebas dari ketakutan mabuk darat yang kuderita sejak kecil, tetapi juga manfaat lainnya di kemudian hari.

Sejak hari itu setiap melewati jalan menanjaksaya tak lagi berani tidur, kecuali tertidur. Saya lebih memilih untuk berjaga sambil berdzikir. Nggak hanya itu, saya  juga membagi ilmu ini pada teman-temanku, murid-muridku, dan saudara-saudaraku sesama pemabuk. Artinya apa yang kudapet dari Ibu-ibu itu kusampaikan juga pada mereka.

Dengan berdoa, berdzikir... ternyata kita bisa mengalahkan mabuk darat. Dan Alhamdulillah mereka yang mau mencoba, banyak yang cerita kalau pada akhirnya mereka terbebas dari mabuk darat. Mereka juga berbagi pengalaman ini pada orang-orang terdekat atau yang dikenalnya.

Subhanallah! Sedikit ilmu yang kuperoleh dari Ibu-ibu di bis sepuluh tahun yang lalu itu sudah terbagi dan menebar kemana-mana, bermanfaat dan sangat membantu sesama. maka amatlah wajar kalau nabi Muhammad menyatakan bahwa: Ketika Anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah segala amalanya, kecuali tiga perkara yaitu ilmu yang bermanfaat, shadaqoh jariah, dan anak yang shalih yang mendoakan orang tuanya.

Saya yakin kita sependapat bahwa apa yang Ibu-ibu sampaikan tersebut merupakan ilmu yang bermanfaat yang pahalanya akan terus mengalir bahkan seandainya sekarang beliau sudah meninggal sekali pun. Setiap kali bepergian... saya selalu teringat nasihat beliau dan mengamalkan, dan insya Allah selalu mendoakan beliau. Pengalaman yang saya alami tersebut mungkin dapat kita jadikan pijakan untuk yakin bahwa setiap kita adalah penda'wah, yang berkewajiban berda'wah sekali pun hanya satu ayat.

Berdakwah tak harus melulu dengan dalil naqli yang harus dikutip dari Alqur'an dan Al Hadist, tetapi bisa juga dengan berbagi pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kita. Bertukar resep masakan sekali pun menurut saya juga merupakan da'wah.

Coba renungkan, jika ada teman kita, seorang istri mislanya mengeluh tidak bisa memasak, atau ia seorang suami yang mengeluhkan cita rasa masakan istrinya. Lalu kita berbagi resep yang ternyata disukai oleh pasangan hidup mereka. Bisa jadi... karena merasa berhasil, mereka akan menyebarkan ilmu itu pada orang lainnya. Resep masakan tadi... bisa jadi akan terus mengalir ... mengalir seperti aliran sungai, membasahi daerah yang dilintasi. Barangkali seperti itulah salah satu reason mengapa ilmu bermanfaat menjadi salah satu amalan yang nggak bakalan terputus. Mungkin juga kita bertemu atau pernah mengalami kejadian membantu saudara kita yang tadinya tidak seiman menjadi seorang mualaf. Atau kita mengajari mengaji dan shalat pada Saudara kita. Selama amalan tersebut dilakukan, maka sepanjang itu pula aliran pahala akan tiada terhenti. Belum lagi jika ilmu itu mereka bagi kepada orang lain, maka aliran pahala itu akan semakin deras.

Subhanallah! Nah kan...... mari kita merenung! Sudahkah kita mau berbagi ilmu, berbagi kebaikan? Ini adalah salah satu lahan da'wah yang luar biasa. Jangan ragu... rewardnya ditanggung oleh Allah SWT. Soal mabuk darat lagi nih.....tiba-tiba saja benang kenangan penulis semasa kuliah terurai jelas di mata.

Bagaimana ketika itu, menjelang keberangkatan PKL (Praktik Studi Lapangan) dari IKIP Malang ke Jakarta dan Bandung, penulis nekat mohon izin untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut. Alasannya klasik. Mabuk!! Sebuah alasan yang sama sekali nggak elit. Waktu itu, Pak Widodo, Dosen Linguistik JPBSI IKIP Malang sempat bilang begini,

"Kamu perbanyak saja doa dan pasrah sama Allah, Insya Allah kamu nggak akan mabuk".
 "Nggak Pak, saya nggak berani. Sudah berbagai resep saya coba, tetap saja hasilnya saya tetap mabuk".

Intinya, aku gak percaya sama sekali sama saran beliau. Habis... mabuk darat itu sakit, melelahkan, ... , bikin perjalanan jadi BETE malu lagi. Ternyata apa yang dikatakan Pak Widodo saat itu benar adanya. Yah... karena lemahnya iman, habis tidak percaya pada pertolongan Allah, aku jadi apriori nggak mungkin terbebas dari mabuk darat.

Tetapi ternyata....di kemudian hari Alhamdulillah Allah memberikan petunjukNya, kebenaran itu. Ya... sesulit apa pun masalah yang kita hadapi, asal kita percaya bahwa Allah lah yang berkuasa atas segalanya, asal kita mau memohon pertolongan, masalah itu bakalan terselesaikan. Allah pasti memberi yang terbaik bagi kita, bahkan meskipun kita tidak meminta sekali pun. Namun... alangkah baiknya kalau kita selalu berdoa. 

Penutup: Doa dan ucapan terima kasihku kepada Ibu, yang memberiku ilmu, meski mungkin Ibu tak pernah menyadarinya. DIPOSKAN OLEH ISTIQOMAH ALMAKI DI 02.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar