Minggu, 14 September 2014

Membelajarkan Teks Cerpen Bertema Lokal dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 (Disampaikan dalam Raker MGMP Bahasa Indonesia SMP, SMA, SMK Se Jatim 9-11 September 2014)

Membelajarkan Teks Cerpen Bertema Lokal  
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
Istiqomah, S.Pd. M.Pd
(Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 batu)
Pendahuluan
Dalam Kurikulum 2013, ada perubahan yang sangat mendasar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu digunakannya pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Perubahan ini membawa konsekuensi tidak hanya pada proses pembelajaran, tetapi juga pada materi pembelajaran. Selain itu, dalam implementasi kurikulum 2013 bahasa Indonesia juga ditetapkan sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).  Fungsi ini menjadikan bahasa sebagai alat untuk mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu pengetahuan siswa yang seiring dan seirama dengan perkembangan kemampuan berbahasa. Kemahiran menguasai makna dan struktur bahasa Indonesia sekaligus menjadi kekayaan pengetahuannya.
Wiratno yang merujuk pada Martin&Rose (2003) seringkali menyamakan istilah teks  dengan istilah genre karena kegiatan berbahasa merupakan proses sosial yang berproses secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu. Genre berkaitan dengan latar belakang budaya dan sosial yang mendasari tercipta suatu teks. Oleh karena itu, pembelajaran tentang teks secara mendalam tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya yang melatarinya dan tujuan sosial mendasarinya.  Bahkan, analisis lebih jauh melalui teks tertentu dapat dikenali pula nilai-nilai spiritual atau moral yang melandasi tumbuhnya tujuan sosial maupun nilai-nilai budaya. Oleh kaena itu, membelajarkan teks yang mengangkat isu-isu lokal sepereti tradisi, potensi, dan konflik lokal tidak hanya sesuai dengan konsep teks, tetapi juga menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan.
Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas bagaimana memasukkan lokalitas, terutama tema-tema lokal dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Penulis membatasi pada meri teks cerita pendek atau cerpen. Pemilihan cerpen semata-mata agar pembahasannya lebih terfokus, tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa teks cerpen merupakan teks terbaik untuk memasukkan unsur lokalitas.


Menerapkan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menggunakan empat tahapan yaitu (a) pembangunan konteks, pemodelan,membangun teks secara bersama-sama, dan membangun teks secara mandiri. Pada sisi lain, Kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan mengomunikasikan (Lampiran IV Permendikbud Nomor 81 A). Untuk itu, guru bahasa Indonesia harus mampu merancang pembelajaran yang yang dapat mengolaborasikan kedua pendekatan tersebut dalam pembelajaran yang aktif, ktreatif, dan menyenangkan yang muaranya tidak hanya pada pemahaman siswa tentang kebahasaan, tetapi juga mengantar siswa pada ke empat ketrampilan berbahasa.
 Berikut ini adalah contoh analisis kegiatan pembelajaran teks cerpen yang dapat dilakukan sesuai dengan tahapan pembelajaran berbasis teks dengan mengintegrasikan kegiatan 5 M.
Tabel 1: Contoh Penerapan Pendekatan Berbasis Teks dan Pendekatan Saintifik
No
Tahapan
Alternatif  kegiatan pembelajaran
1.
Pembangunan konteks.
Aktivitas belajar bisa dilakukan dengan mengamati dan menanya.
Guru memulai pembelajaran dengan menyajikan sebuah teks cerpen. Selanjutnya, guru mengajak siswa bertanya jawab tentang cerpen yang pernah dibaca siswa. Misalnya, dengan pertanyaan, “Mengapa teks tersebut dinamakan cerpen? Apa yang membedakan cerpen dengan teks lain misalnya biografi atau berita?”
Tujuan tanya jawab adalah menyiapkan konsentrasi siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu cerpen. Guru dapat menggali pemahaman awal siswa tentang cerpen, ciri-ciri konteks budaya, dan tujuan komunikasi dalam cerpen.
2.
Pemodelan
Aktivitas belajar yang dilakukan  kegiatan mengamati teks cerpen yang dijadikan model, mencoba dan menalar untuk merumuskan model strukur teks dan kaidah bahasanya, serta menginterpretasi isi atau makna teks dibacanya.
Untuk itu harus disiapkan teks cerpen ideal secara  struktur dan kaidah teks cerpen, serta sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Model pembelajaran yang tepat untuk tahap pemodelan ini adalah discovery learning yang menuntut aktifitas siswa untuk menemukan ciri struktur dan kebahasaan teks cerpen.
3
Membangun teks bersama
Aktivitas pembelajaran mencakup mengamati, menanya, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan mengomunikasikan.
 Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain dengan penugasan kelompok untuk melengkapi atau menyelesaikan teks cerpen yang dirumpangkan. Guru bisa juga membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-5 orang kemudian menugaskan mereka untuk menulis sebuah cerpen. Untuk membantu siswa, guru data menyediakan media filem pendek kemudian menugaskan siswa untuk menuliskan kembali isi filem tersebut dalam bentuk cerpen. Cerpen yang ditulis boleh sama persis isinya, boleh juga dengan perubahan.
Tugas yang diberikan dapat juga model lain seperti mendiskusikan tema-tema yang menarik, mendata peristiwa, menyusun peristiwa menjadi alur, menyusun draft cerpen, kemudian merevisi cerpen. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama untuk memberikan pengalaman menulis cerpen pada siswa.
Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah problem based learning (PBL).
4
Membangun teks secara mandiri
Pada tahap ini siswa sudah mulai memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat teks yang mirip dengan model teks yang diajarkan.
Teknik menulis yang dapat diterapkan adalah teknik copy the master.
Model pembelajaran yang paling ideal adalah pembelajaran berbasis proyek. Alasannya, untuk menulis sebuah cerpen yang ideal dibutuhkan waktu yang lebih panjang dibanding hanya dalam pertemuan di kelas. 

Pembelajaran Menulis Teks Cerpen Bertema Lokal, Mengapa dan Bagaimana?

Dalam sedikit uraian di bagian pendahuluan telah disinggung bahwa sebuah teks tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya dan sosial saat bahasa itu digunakan. Karena itu dalam pembelajaran berbagai jenis teks, masalah sosial dan budaya yang menjadi konteks berbahasa hendaknya menjadi pertimbangan bagi guru. Pemikiran tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Dasar, pasal 36 ayat (2) bahwa “Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah.”
Salah satu jenis teks yang memiliki potensi cukup besar untuk mewadahi amanat UU Sisdiknas di atasadalah teks cerpen. Melalui teks cerpen yang disajikan, guru dapat menyampaikan nilai-nilai budaya, sosial, dan kearifan lokal tanpa harus berteori. Penanaman budi pekerti yang hingga saat ini masih sangat penting dapat dilakukan lebih halus dan tidak menimbulkan kesan menggurui.
Merebaknya karya sastra yang mengangkat isu lokalitas seharusnya dibaca sebagai kesadaran para sastrawan  atas realitas perubahan politik kebudayaan di daerah pasca membesarnya wewenang daerah di era otonomi daerah dalam memikirkan, merenungkan dan membangun kebudayaannya masing-masing. Bagaimana pun, budaya Indonesia dibangun atas dasar budaya-budaya daerah yang sebagian besar mulai tergerus oleh arus globalisasi. Bila pada para siswa, sebagai generasi muda, tidak ditanamkan kesadaran untuk terus melestarikan dan mengembangkan apa-apa yang ada di daerahnya, maka ciri khas kedaerah yang merupakan cirri Indonesia akan pelan-pelan tergerus. Apalah artinya Indonesia tanpa rasa Jawa, tanpa rasa Sunda, tanpa rasa Papua, dan tanpa rasa-rasa daerah lainnya? Aneka rasa itulah yang membangun Indonesia. Pada titik inilah kesadaran untuk tetap mempertahankan Indonesia yang beraneka rasa itu harus dipertahankan agar batas-batas negara kita dalam berbagai sudut pandang, baik fisik maupun nonfisik jelas dapat ditengarai dalam dunia global.
Dilihat dari wujudnya, teks cerpen yang mengangkat lokalitas hendaknya tidak dipandang dari penggunaan kosa kata lokal, istilah-istilah dari khazanah tradisional, dan penggunaan seting geografis lokal semata. Lokalitas hendaknya dimaknai sebagai hal-hal yang berkaitan dengan potensi lokal dimana karya sastra itu ditulis. Dengan demikian tema yang diangkat dapat berupa isu yang sedang berkembang di daerah tersebut dan potensi daerah baik potensi budaya, ekonomi, sosial, dan bahasa. Kalau pun penulis cerpen menggunakan kosa kata atau peribahasa lokal hendaknya di bagian akhir diberi penjelasannya karena tidak semua kosa kata daerah mempunyai padanan dengan bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran teks cerpen bertema lokalitas, guru dapat menyediakan cerpen-cerpen bertema lokal pada tahap pemodelan; dan menugaskan siswa untuk menulis teks bertema lokal  baik pada tahap membangun teks bersama maupun pada tahapan membangun teks secara mandiri.
Berikut ini disajikan contoh pengembangan pembelajaran KD memahami struktur dan kaidah teks cerpen dengan menggunakan model discovery learning. Pembelajaran ini merupakan tahapan pemodelan karena pada tahap ini siswa dituntut untuk memahami pengetahuan tentang struktur dan kaidah bahasa teks cerpen.


Tabel 2: Contoh Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Discovery
(Tahap Pemodelan)

Pemberian rangsangan (Stimulasi)
·         Guru menyampaikan kepada siswa bahwa teks cerpen memiliki struktur dan  kaidah bahasa yang berbeda dibanding teks lain.
·         Guru membagikan teks cerpen kepada siswa.
·         Siswa membaca teks cerpen Juru Masakkarya Damhuri Muhamad dari buku teks kelas XI halaman 7-11. (mengamati)
Pernyataan/ Identifikasi masalah
·         Guru menyampaikan kepada siswa bahwa struktur teks cerpen meliputi abstrak, orientasi,komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Siswa diminta untuk menemukan bagian-bagian struktur tersebut.
Pengumpulan Data
·         Secara berkelompok, siswa mencari informasi tambahan tentang teori struktur dan kaidah teks cerpen baik dari buku maupun internet. (mengumpulkan informasi)
·         Secara berkelompok, siswa mendata bagian-bagian cerpen yang menunjukkan bukti bagian dari struktur teks cerpen. (mengumpulkan informasi)
·         Secara berkelompok, siswa mendata bagian-bagian cerpen yang menunjukkan bukti penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa teks cerpen. (mengumpulkan informasi)
Pengolahan Data
·      Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan isi tiap-tiap bagian  struktur cerpen yang ditemukannya. (mengasosiasikan)
·      Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan makna dan fungsi penggunaan bahasa dalam teks cerpen. (mengasosiasikan)
Pembuktian                         
·      Secara berkelompok, siswa mendiskusikan kesesuaian struktur dan kaidah bahasa yang ditemukan dengan cirri struktur dan kaidah bahasa teks cerpen. (mengasosiasikan)
·      Secara berkelompok siswa menyusun laporan hasil kerja. (mengasosiasikan)
·         Salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan peserta didik dari kelompok lain memberikan tanggapan. (mengomunikasikan)
·         Pendidik memberikan penegasan terhadap hasil pembelajaran peserta didik. (mengomunikasikan)

Pembelajaran KD 4.2 memproduksi teks cerpen dapat dikembangkan setelah siswa mencapai ketuntasan pada KD 3.1, 3.2, dan 4.1 dngan asumsi bahwa mereka telah memahami bstruktur dan kaidah bahasa teks cerpen. Dalam penerapan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks, sebelum siswa diberi tugas untuk menulis cerpen secara mandiri, ia harus mendapatkan  pembelajaran menulis cerpen secara bersama.
Pembelajaran menulis teks cerpen secara bersama dapat dilakukan dengan berbagai metode di antaranya dengan melanjutkan cerpen yang dirumpangkan, menata urutan cerpen yang diacak, menulis cerpen berdasarkan filem, dan sebagainya. Pada tahapan menulis cerpen, guru dapat juga memfasilitasi pengalaman menulis cerpen bersama dengan cara menulis berantai. Misalnya, untuk setiap kelompok guru menyediakan sebuah judul cerpen, dan satu paragraph pembuka (bagian abstrak). Kemudian setiap siswa diminta menuliskan paragraf selanjutnya secara bergantian hingga menjadi sebuah cerpen yang utuh. Cerpen tersebut kemudian didiskusikan kelemahan dan kelebihannya secara bersama-sama. Hasil analisis itu digunakan untuk membenahi cerpen tersebut sehingga menjadi cerpen utuh yang memiliki ciri struktur dan kaidah kebahasaan yang tepat.
Tahapan menulis teks cerpen secara mandiri. Salah satu teknik pembelajaran menulis yang mudah untuk diterapkan adalah menggunakan copy the master.  Teknik pembelajaran menulis dengan copy the master merupakan cara menulis dengan cara meniru/ mengikuti teks yang dijadikan model. Siswa mengganti tiap bagian dari teks model sesuai dengan tema yang ditulisnya. Berikut ini adalah contoh pembelajaran menulis teks cerpen dengan teknik copy the master berikut ini. (Cerpen model adalah Juru Masak karya damhuri Muhammad)
Tabel 2: Contoh Penerapan Teknik Menulis Cerpen
dengan Teknik Copy The Mater

Struktur Cerpen
Kutipan Teks Model
Tiruan
Abstrak
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging. Kuah gulai kentang dan gulai rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah. Bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tetapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tidak dilibatkan.
Selamatan khitanan adikku bisa jadi bakal gagal total kalau aku tak berhasil mengundang Ki Wandi ke rumahku. Para tamu akan urung datang gara-gara hujan turun tanpa jeda. Terop yang sudah dipasang bisa dipenuhi air dan lumpur, bahkan bisa jadi beterbangan ketika hujan turun disertai angin puting beliung. Dan kupastikan, rasan-rasan menyakitkan akan berkembang dari mulut ke mulut bahwa kami tak menjalankan apa kkata orang tua. Ya, bakal selamatan keluargaku akan jadi kembang lambe. Kami tentu akan dituduh sebagai keluarga sok modern yang lupa dengan tradisi. Berani menentang nasihat orang tua, jangan pernah lupa memanggil pawang hujan bila punya hajat selamatan. Meski bukan musim hujan, bisa jadi karena kelalaian mengundangnya, acara selamatan akan hancur berantakan.
Orientasi
Dan seterusnya.


Contoh di atas memperlihatkan bahwa untuk mengembangkan bagian abstrak siswa tinggal mengganti acara hajatan dari cerpen model ke hajatan yang disesuaikan dengan budaya lokal. Permasalahan yang dikembangkan juga hampir mirip yaitu “dampak negatif ketidakhadiran tokoh penting dalam sebuah hajatan.” Dalam teks model tokoh tersebut adalah seorang juru masak. Pada teks hasil copy the master adalah pawang hujan. Demikian seterusnya siswa meniru “isi” tiap bagian struktur teks cerpen model sesuai dengan tema, tokoh, masalah, dan seting yang ia kembangkan dari lokalitasnya masing-masing hingga dihasilkan sebuah teks cerpen yang utuh.
Dalam  proses mengkopi (meniru) tersebut siswa juga dituntut untuk menerapkan penguasaannya akan kaidah kebahasaan cerpen misalnya mengembangkan gaya bahasa yang sesuai, menggunakan kosa kata dan pribahasa lokal, dan sebagainya. Dengan demikian, konsep copy dalam proses pembelajaran ini hanyalah meniru wujud wadag, bukan ruh cerpen. Meskipun demikian, dalam praktiknya, guru tetap harus memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan teknik menulisnya. Artinya, mereka tidak harus menggunakan teknik copy the master, terutama untuk siswa yang sudah mempunyai pengalaman menulis cerpen.
Selain menggunakan teknik copy the master, guru sebaiknya menerapkan model pembelajaran berbasis proyek agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk menulis cerpen dengan baik.
Berikut ini adalah contoh pengembangan pembelajaran menulis teks cerpen berbasis proyek dengan teknik copy the master. Teks cerpen yang dijadikan master (model) adalah cerpen Juru Masak karya Damhuri Muhammad yang mengangkat tema lokal sehingga cocok dijadikan cerpen model dalam pembelajaran menulis teks cerpen bertema lokal.  

Tabel 3: Contoh Pembelajaran Menulis Teks Cerpen
dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Tahap Membangun Teks secara Mandiri)

Tahapan pembelajaran
Deskripsi kegiatan
Penentuan pertanyaan mendasar
Setiap siswa menentukan  tradisi/ isu lokal yang akan diangkat dalam cerpen dan mendiskusikannnya dengan guru.

Menyusun rencana (proyek)
Rencana yang dimaksudkan mencakup kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh siswa mencakup: mengumpulkan informasi terkait tradisi/ isu lokal; pengembangan tokoh dan karakter; penentuan jalan cerita; serta amanat dan nilai yang hendak disampaikan.
Semuanya dirangkum dalam draft cerpen yang harus disetujui oleh guru.
Menyusun jadual
Kegiatan yang dilakukan menyusun jadual penulisan, termasuk di dalamnya (a) kapan siswa melakukan observasi ke masyarakat (obyek) yang terkait dengan tradisi atau isu lokal yang diangkatnya menjadi teks cerpen; (b) waktu untuk berkonsultasi dengan guru; dan (c) waktu penyelesaian.
Monitoring
Tahapan ini dilakukan oleh guru dengan menggunakan kartu pembimbingan. Dengan demikian kemajuan proses belajar siswa dapat dimonitor dan siswa mendapat bimbingan secara maksimal.
Menguji hasil
Agar hasil belajar siswa berupa teks cerpen dapat dievaluasi dengan baik, tidak hanya untuk tujuan “membenri nilai” hasil belajar, ada baiknya, siswa memublikasikan karyanya pada semua siswa sekelasnya. Dengan demikian, setiap cerpen akan mendapatkan masukan atau evauasi.
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan membacakan cerpen di depan kelas. Cara ini mungkin hanya bisa dilakukan terhadap 2 atau 3 cerpen. Cara lain dengan cara melakukan pameran cerpen karya siswa di perpustakaan atau di madding sekolah. Bisa juga dengan menggunakan media social seperti grup Facebook tertutup. Cara terakhir ini yang biasanya penulis gunakan pada setiap pemblajaran menulis teks.
Evaluasi pengalaman
Evaluasi pengalaman belajar siswa dilakukan setelah publikasi dan penilaian karya. Dalam refleksi ini digali  pengalaman apa yang dialami oleh siswa selama proses menulis cerpen serta mengungkap kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Melalui kegiatan refleksi ini, diharapkan akan terumuskan langkah-langkah menulis cerpen yang baik.

Penutup
Apa yang penulis sajikan dalam makalah ini tentu bukan merupakan pengembangan model pembelajaran yang paling ideal. Bagaimana pun, pengembangan pembelajaran tidak boleh menafikkan kondisi siswa, sarana prasarana, dan banyak hal lainnya. Namun, satu hal yang harus diingat adalah bahwa seorang guru yang baik sejatinya tidak hanya bisa mengajar dan member tugas, ia harus mampu menjadi contoh dan menginspirasi muridnya untuk belajar dan berkarya.
Sebagai contoh, dalam makalah ini penulis melampirkan contoh cerpen bertema lokal (Kota Batu) yang penulis kembangkan dengan menggunakan teknik  copy the master.


Rujukan
http://www.analisadaily.com/. Lokakalitas dalam Sastra. Budi P. Hatees. Diunduh tanggal 25Agustus 2014.

Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Kelas XI Semester ganjil.  Jakarta: Kemendikbud.


Wiratno, Tri. 2013. Pembelajaran bahasa berbasis teks dan jenis-jenis Teks. Makalah. Disajikan pada Sosialisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Penddidikan dan Kebudayaan

1 komentar: