Membelajarkan Teks Cerpen Bertema Lokal
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
Istiqomah,
S.Pd. M.Pd
(Guru
Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 batu)
Pendahuluan
Dalam Kurikulum 2013, ada perubahan yang
sangat mendasar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu digunakannya
pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Perubahan ini membawa konsekuensi
tidak hanya pada proses pembelajaran, tetapi juga pada materi pembelajaran. Selain
itu, dalam implementasi kurikulum 2013 bahasa
Indonesia juga ditetapkan sebagai penghela ilmu pengetahuan (carrier of
knowledge). Fungsi ini menjadikan bahasa
sebagai alat untuk mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu pengetahuan
siswa yang seiring dan seirama dengan perkembangan kemampuan
berbahasa. Kemahiran menguasai makna dan struktur bahasa Indonesia sekaligus
menjadi kekayaan pengetahuannya.
Wiratno yang merujuk pada Martin&Rose (2003) seringkali menyamakan istilah teks dengan istilah genre karena kegiatan
berbahasa merupakan proses sosial yang berproses secara bertahap untuk mencapai
tujuan tertentu. Genre
berkaitan dengan latar belakang budaya dan sosial yang mendasari tercipta suatu
teks. Oleh karena itu, pembelajaran tentang teks secara
mendalam tidak bisa dilepaskan dari
nilai-nilai budaya yang melatarinya dan tujuan sosial mendasarinya. Bahkan, analisis
lebih jauh melalui teks tertentu dapat dikenali pula nilai-nilai spiritual atau
moral yang melandasi tumbuhnya tujuan sosial maupun nilai-nilai budaya. Oleh kaena itu, membelajarkan teks yang mengangkat isu-isu lokal sepereti
tradisi, potensi, dan konflik lokal tidak hanya sesuai dengan konsep teks,
tetapi juga menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan peran bahasa Indonesia
sebagai penghela ilmu pengetahuan.
Tulisan ini dimaksudkan untuk
membahas bagaimana memasukkan lokalitas, terutama tema-tema lokal dalam
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Penulis membatasi pada meri teks
cerita pendek atau cerpen. Pemilihan cerpen semata-mata agar pembahasannya
lebih terfokus, tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa teks cerpen merupakan
teks terbaik untuk memasukkan unsur lokalitas.
Menerapkan
Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks
Pembelajaran
bahasa Indonesia berbasis teks menggunakan empat tahapan yaitu (a) pembangunan
konteks, pemodelan,membangun teks secara bersama-sama, dan membangun teks
secara mandiri. Pada sisi lain, Kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang mencakup kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan
mengomunikasikan (Lampiran IV Permendikbud Nomor 81 A). Untuk itu, guru bahasa
Indonesia harus mampu merancang pembelajaran yang yang dapat mengolaborasikan
kedua pendekatan tersebut dalam pembelajaran yang aktif, ktreatif, dan menyenangkan
yang muaranya tidak hanya pada pemahaman siswa tentang kebahasaan, tetapi juga
mengantar siswa pada ke empat ketrampilan berbahasa.
Berikut ini adalah contoh analisis kegiatan
pembelajaran teks cerpen yang dapat dilakukan sesuai dengan tahapan
pembelajaran berbasis teks dengan mengintegrasikan kegiatan 5 M.
Tabel
1: Contoh Penerapan Pendekatan Berbasis Teks dan Pendekatan Saintifik
No
|
Tahapan
|
Alternatif kegiatan pembelajaran
|
1.
|
Pembangunan konteks.
|
Aktivitas belajar bisa
dilakukan dengan mengamati dan
menanya.
Guru memulai pembelajaran
dengan menyajikan sebuah teks cerpen. Selanjutnya, guru mengajak siswa
bertanya jawab tentang cerpen yang pernah dibaca siswa. Misalnya, dengan
pertanyaan, “Mengapa teks tersebut dinamakan cerpen? Apa yang membedakan
cerpen dengan teks lain misalnya biografi atau berita?”
Tujuan tanya jawab adalah
menyiapkan konsentrasi siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu cerpen.
Guru dapat menggali pemahaman awal siswa tentang cerpen, ciri-ciri konteks
budaya, dan tujuan komunikasi dalam cerpen.
|
2.
|
Pemodelan
|
Aktivitas belajar yang dilakukan kegiatan mengamati teks cerpen yang dijadikan model, mencoba dan menalar untuk merumuskan
model strukur teks dan kaidah bahasanya, serta menginterpretasi isi atau makna
teks dibacanya.
Untuk itu harus disiapkan teks cerpen ideal secara struktur dan kaidah teks cerpen, serta
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Model pembelajaran yang tepat untuk tahap pemodelan ini adalah discovery learning yang menuntut
aktifitas siswa untuk menemukan ciri struktur dan kebahasaan teks cerpen.
|
3
|
Membangun teks bersama
|
Aktivitas
pembelajaran mencakup mengamati,
menanya, mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasikan/ mengolah informasi, dan
mengomunikasikan.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain
dengan penugasan kelompok untuk melengkapi atau menyelesaikan teks cerpen yang dirumpangkan. Guru bisa juga membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-5 orang
kemudian menugaskan mereka untuk menulis sebuah cerpen. Untuk membantu siswa,
guru data menyediakan media filem pendek kemudian menugaskan siswa untuk
menuliskan kembali isi filem tersebut dalam bentuk cerpen. Cerpen yang
ditulis boleh sama persis isinya, boleh juga dengan perubahan.
Tugas
yang diberikan dapat juga model lain seperti mendiskusikan tema-tema yang
menarik, mendata peristiwa, menyusun peristiwa menjadi alur, menyusun draft
cerpen, kemudian merevisi cerpen. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama
untuk memberikan pengalaman menulis cerpen pada siswa.
Salah
satu model pembelajaran yang tepat digunakan adalah problem based learning (PBL).
|
4
|
Membangun teks secara mandiri
|
Pada
tahap ini siswa sudah mulai memiliki kemampuan yang cukup untuk
membuat teks yang mirip dengan model teks yang diajarkan.
Teknik
menulis yang dapat diterapkan adalah teknik copy the master.
Model
pembelajaran yang paling ideal adalah pembelajaran berbasis proyek.
Alasannya, untuk menulis sebuah cerpen yang ideal dibutuhkan waktu yang lebih
panjang dibanding hanya dalam pertemuan di kelas.
|
Pembelajaran Menulis Teks Cerpen Bertema Lokal, Mengapa dan Bagaimana?
Dalam sedikit uraian di bagian
pendahuluan telah disinggung bahwa sebuah teks tidak dapat dipisahkan
dari nilai-nilai budaya dan sosial saat bahasa itu digunakan. Karena itu dalam
pembelajaran berbagai jenis teks, masalah sosial dan budaya yang menjadi
konteks berbahasa hendaknya menjadi pertimbangan bagi guru. Pemikiran tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Dasar, pasal 36 ayat (2) bahwa “Pengembangan
kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi
yang ada di daerah.”
Salah satu jenis teks yang
memiliki potensi cukup besar untuk mewadahi amanat UU Sisdiknas di atasadalah
teks cerpen. Melalui teks cerpen yang
disajikan, guru dapat menyampaikan nilai-nilai budaya, sosial, dan kearifan
lokal tanpa harus berteori. Penanaman budi pekerti yang hingga saat ini masih
sangat penting dapat dilakukan lebih halus dan tidak menimbulkan kesan
menggurui.
Merebaknya
karya sastra yang mengangkat isu lokalitas seharusnya dibaca sebagai kesadaran
para sastrawan atas
realitas perubahan politik kebudayaan di daerah pasca membesarnya wewenang
daerah di era otonomi daerah dalam memikirkan, merenungkan dan membangun
kebudayaannya masing-masing. Bagaimana pun, budaya
Indonesia dibangun atas dasar budaya-budaya daerah yang sebagian besar mulai
tergerus oleh arus globalisasi. Bila pada para siswa, sebagai generasi muda,
tidak ditanamkan kesadaran untuk terus melestarikan dan mengembangkan apa-apa
yang ada di daerahnya, maka ciri khas kedaerah yang merupakan cirri Indonesia
akan pelan-pelan tergerus. Apalah artinya Indonesia tanpa rasa Jawa, tanpa rasa
Sunda, tanpa rasa Papua, dan tanpa rasa-rasa daerah lainnya? Aneka rasa itulah
yang membangun Indonesia. Pada titik inilah kesadaran untuk tetap
mempertahankan Indonesia yang beraneka rasa itu harus dipertahankan agar
batas-batas negara kita dalam berbagai sudut pandang, baik fisik maupun
nonfisik jelas dapat ditengarai dalam dunia global.
Dilihat dari wujudnya, teks
cerpen yang mengangkat lokalitas hendaknya tidak dipandang dari penggunaan kosa kata
lokal, istilah-istilah dari khazanah tradisional, dan penggunaan seting geografis lokal semata. Lokalitas hendaknya dimaknai
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan potensi lokal dimana karya sastra itu
ditulis. Dengan demikian tema yang diangkat dapat berupa isu yang sedang
berkembang di daerah tersebut dan potensi daerah baik potensi budaya, ekonomi,
sosial, dan bahasa. Kalau pun penulis cerpen menggunakan kosa kata atau
peribahasa lokal hendaknya di bagian akhir diberi penjelasannya karena tidak
semua kosa kata daerah mempunyai padanan dengan bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran teks cerpen
bertema lokalitas, guru dapat menyediakan cerpen-cerpen bertema lokal pada
tahap pemodelan; dan menugaskan siswa untuk menulis teks bertema
lokal baik pada tahap membangun
teks bersama maupun pada tahapan membangun teks secara mandiri.
Berikut ini disajikan contoh
pengembangan pembelajaran KD memahami struktur dan kaidah teks cerpen dengan
menggunakan model discovery learning.
Pembelajaran ini merupakan tahapan pemodelan karena pada tahap ini siswa
dituntut untuk memahami pengetahuan tentang struktur dan kaidah bahasa teks
cerpen.
Tabel 2: Contoh Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Discovery
(Tahap Pemodelan)
Pemberian
rangsangan (Stimulasi)
·
Guru menyampaikan kepada
siswa bahwa teks cerpen memiliki struktur dan
kaidah bahasa yang berbeda dibanding teks lain.
·
Guru
membagikan teks cerpen kepada siswa.
·
Siswa membaca
teks cerpen “Juru Masak” karya Damhuri Muhamad dari
buku teks kelas XI halaman 7-11. (mengamati)
Pernyataan/
Identifikasi masalah
·
Guru menyampaikan kepada
siswa bahwa struktur teks cerpen meliputi abstrak, orientasi,komplikasi,
evaluasi, resolusi, dan koda. Siswa diminta untuk menemukan bagian-bagian
struktur tersebut.
Pengumpulan
Data
·
Secara berkelompok, siswa
mencari informasi tambahan tentang teori struktur dan kaidah teks cerpen baik
dari buku maupun internet. (mengumpulkan
informasi)
·
Secara berkelompok,
siswa mendata bagian-bagian cerpen yang menunjukkan bukti bagian dari
struktur teks cerpen. (mengumpulkan
informasi)
·
Secara berkelompok,
siswa mendata bagian-bagian cerpen yang menunjukkan bukti penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa teks cerpen. (mengumpulkan informasi)
Pengolahan
Data
·
Secara berkelompok
peserta didik mendiskusikan isi tiap-tiap bagian struktur cerpen yang ditemukannya. (mengasosiasikan)
·
Secara berkelompok
peserta didik mendiskusikan makna dan fungsi penggunaan bahasa dalam teks
cerpen. (mengasosiasikan)
Pembuktian
·
Secara berkelompok,
siswa mendiskusikan kesesuaian struktur dan kaidah bahasa yang ditemukan
dengan cirri struktur dan kaidah bahasa teks cerpen. (mengasosiasikan)
·
Secara berkelompok
siswa menyusun laporan hasil kerja. (mengasosiasikan)
·
Salah satu kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompok di depan kelas dan peserta didik dari kelompok lain
memberikan tanggapan. (mengomunikasikan)
·
Pendidik memberikan penegasan terhadap
hasil pembelajaran peserta didik. (mengomunikasikan)
|
Pembelajaran KD 4.2
memproduksi teks cerpen dapat dikembangkan setelah siswa mencapai ketuntasan
pada KD 3.1, 3.2, dan 4.1 dngan asumsi bahwa mereka telah memahami bstruktur
dan kaidah bahasa teks cerpen. Dalam penerapan pendekatan pembelajaran bahasa
berbasis teks, sebelum siswa diberi tugas untuk menulis cerpen secara mandiri,
ia harus mendapatkan pembelajaran
menulis cerpen secara bersama.
Pembelajaran menulis teks
cerpen secara bersama dapat dilakukan dengan berbagai metode di antaranya
dengan melanjutkan cerpen yang dirumpangkan, menata urutan cerpen yang diacak,
menulis cerpen berdasarkan filem, dan sebagainya. Pada tahapan menulis cerpen,
guru dapat juga memfasilitasi pengalaman menulis cerpen bersama dengan cara
menulis berantai. Misalnya, untuk setiap kelompok guru menyediakan sebuah judul
cerpen, dan satu paragraph pembuka (bagian abstrak). Kemudian setiap siswa
diminta menuliskan paragraf selanjutnya secara bergantian hingga menjadi sebuah
cerpen yang utuh. Cerpen tersebut kemudian didiskusikan kelemahan dan
kelebihannya secara bersama-sama. Hasil analisis itu digunakan untuk membenahi
cerpen tersebut sehingga menjadi cerpen utuh yang memiliki ciri struktur dan
kaidah kebahasaan yang tepat.
Tahapan menulis teks cerpen
secara mandiri. Salah satu teknik pembelajaran menulis yang mudah untuk
diterapkan adalah menggunakan copy the
master. Teknik pembelajaran menulis
dengan copy the master merupakan cara
menulis dengan cara meniru/ mengikuti teks yang dijadikan model. Siswa
mengganti tiap bagian dari teks model sesuai dengan tema yang ditulisnya. Berikut
ini adalah contoh pembelajaran menulis teks cerpen dengan teknik copy the master berikut ini. (Cerpen
model adalah Juru Masak karya damhuri
Muhammad)
Tabel 2: Contoh Penerapan Teknik Menulis Cerpen
dengan Teknik Copy The Mater
Struktur Cerpen
|
Kutipan Teks Model
|
Tiruan
|
Abstrak
|
Perhelatan
bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai kambing akan terasa hambar
lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging. Kuah gulai kentang dan
gulai rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga
setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela
yang mesti ditanggung tuan rumah. Bukan karena kenduri kurang meriah, tidak
pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap
dipandang mata, tetapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak
menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang.
Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tidak dilibatkan.
|
Selamatan khitanan adikku bisa jadi bakal gagal total kalau aku tak
berhasil mengundang Ki Wandi ke rumahku. Para tamu akan urung datang
gara-gara hujan turun tanpa jeda. Terop yang sudah dipasang bisa dipenuhi air
dan lumpur, bahkan bisa jadi beterbangan ketika hujan turun disertai angin
puting beliung. Dan kupastikan, rasan-rasan
menyakitkan akan berkembang dari mulut ke mulut bahwa kami tak menjalankan
apa kkata orang tua. Ya, bakal selamatan keluargaku akan jadi kembang lambe. Kami tentu akan dituduh
sebagai keluarga sok modern yang lupa dengan tradisi. Berani menentang
nasihat orang tua, jangan pernah lupa memanggil pawang hujan bila punya hajat
selamatan. Meski bukan musim hujan, bisa jadi karena kelalaian mengundangnya,
acara selamatan akan hancur berantakan.
|
Orientasi
|
Dan seterusnya.
|
|
Contoh di atas memperlihatkan
bahwa untuk mengembangkan bagian abstrak siswa tinggal mengganti acara hajatan
dari cerpen model ke hajatan yang disesuaikan dengan budaya lokal. Permasalahan
yang dikembangkan juga hampir mirip yaitu “dampak negatif ketidakhadiran tokoh
penting dalam sebuah hajatan.” Dalam teks model tokoh tersebut adalah seorang
juru masak. Pada teks hasil copy the
master adalah pawang hujan. Demikian seterusnya siswa meniru “isi” tiap
bagian struktur teks cerpen model sesuai dengan tema, tokoh, masalah, dan
seting yang ia kembangkan dari lokalitasnya masing-masing hingga dihasilkan
sebuah teks cerpen yang utuh.
Dalam proses mengkopi (meniru) tersebut siswa juga dituntut
untuk menerapkan penguasaannya akan kaidah kebahasaan cerpen misalnya
mengembangkan gaya bahasa yang sesuai, menggunakan kosa kata dan pribahasa
lokal, dan sebagainya. Dengan demikian, konsep copy dalam proses pembelajaran ini hanyalah meniru wujud wadag, bukan ruh cerpen. Meskipun
demikian, dalam praktiknya, guru tetap harus memberi kebebasan pada siswa untuk
mengembangkan teknik menulisnya. Artinya, mereka tidak harus menggunakan teknik
copy the master, terutama untuk siswa
yang sudah mempunyai pengalaman menulis cerpen.
Selain menggunakan teknik copy the master, guru sebaiknya
menerapkan model pembelajaran berbasis proyek agar siswa memiliki waktu yang
cukup untuk menulis cerpen dengan baik.
Berikut ini adalah contoh
pengembangan pembelajaran menulis teks cerpen berbasis proyek dengan teknik copy the master. Teks cerpen yang
dijadikan master (model) adalah cerpen
Juru Masak karya Damhuri Muhammad
yang mengangkat tema lokal sehingga cocok dijadikan cerpen model dalam
pembelajaran menulis teks cerpen bertema lokal.
Tabel 3: Contoh Pembelajaran Menulis Teks Cerpen
dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Tahap Membangun Teks secara Mandiri)
Tahapan pembelajaran
|
Deskripsi kegiatan
|
Penentuan pertanyaan mendasar
|
Setiap siswa menentukan tradisi/
isu lokal yang akan diangkat dalam cerpen dan mendiskusikannnya dengan guru.
|
Menyusun rencana (proyek)
|
Rencana yang dimaksudkan mencakup kegiatan apa saja yang harus dilakukan
oleh siswa mencakup: mengumpulkan informasi terkait tradisi/ isu lokal;
pengembangan tokoh dan karakter; penentuan jalan cerita; serta amanat dan
nilai yang hendak disampaikan.
Semuanya dirangkum dalam draft cerpen yang harus disetujui oleh guru.
|
Menyusun jadual
|
Kegiatan yang dilakukan menyusun jadual penulisan, termasuk di dalamnya
(a) kapan siswa melakukan observasi ke masyarakat (obyek) yang terkait dengan
tradisi atau isu lokal yang diangkatnya menjadi teks cerpen; (b) waktu untuk
berkonsultasi dengan guru; dan (c) waktu penyelesaian.
|
Monitoring
|
Tahapan ini dilakukan oleh guru dengan menggunakan kartu pembimbingan.
Dengan demikian kemajuan proses belajar siswa dapat dimonitor dan siswa
mendapat bimbingan secara maksimal.
|
Menguji hasil
|
Agar hasil belajar siswa berupa teks cerpen dapat dievaluasi dengan baik,
tidak hanya untuk tujuan “membenri nilai” hasil belajar, ada baiknya, siswa
memublikasikan karyanya pada semua siswa sekelasnya. Dengan demikian, setiap
cerpen akan mendapatkan masukan atau evauasi.
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan membacakan cerpen di depan
kelas. Cara ini mungkin hanya bisa dilakukan terhadap 2 atau 3 cerpen. Cara
lain dengan cara melakukan pameran cerpen karya siswa di perpustakaan atau di
madding sekolah. Bisa juga dengan menggunakan media social seperti grup
Facebook tertutup. Cara terakhir ini yang biasanya penulis gunakan pada
setiap pemblajaran menulis teks.
|
Evaluasi pengalaman
|
Evaluasi pengalaman belajar siswa dilakukan setelah publikasi dan
penilaian karya. Dalam refleksi ini digali pengalaman apa yang dialami oleh siswa
selama proses menulis cerpen serta mengungkap kesulitan-kesulitan yang
dialaminya. Melalui kegiatan refleksi ini, diharapkan akan terumuskan
langkah-langkah menulis cerpen yang baik.
|
Penutup
Apa yang penulis sajikan dalam
makalah ini tentu bukan merupakan pengembangan model pembelajaran yang paling
ideal. Bagaimana pun, pengembangan pembelajaran tidak boleh menafikkan kondisi
siswa, sarana prasarana, dan banyak hal lainnya. Namun, satu hal yang harus diingat
adalah bahwa seorang guru yang baik sejatinya tidak hanya bisa mengajar dan
member tugas, ia harus mampu menjadi contoh dan menginspirasi muridnya untuk
belajar dan berkarya.
Sebagai contoh, dalam makalah
ini penulis melampirkan contoh cerpen bertema lokal (Kota Batu) yang penulis
kembangkan dengan menggunakan teknik copy the master.
Rujukan
http://www.analisadaily.com/. Lokakalitas dalam Sastra. Budi P.
Hatees. Diunduh tanggal 25Agustus 2014.
Maryanto, dkk. 2013. Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik.
Kelas XI Semester ganjil. Jakarta:
Kemendikbud.
Wiratno, Tri. 2013. Pembelajaran
bahasa berbasis teks dan jenis-jenis Teks.
Makalah. Disajikan pada Sosialisasi Pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Penddidikan dan Kebudayaan
Casino Roll
BalasHapusJoin 토토 Casino casino-roll.com Roll Online https://jancasino.com/review/merit-casino/ Casino communitykhabar Roll 2021 1xbet login