Rabu, 29 Juli 2015

MEMBACA SURATMU

Ketika mereka berlomba membaca suratmu dengan lantang, aku masih juga di sini. Bergelut dengan bumbu masak, tahu tempe, seikat bayam, dan sejumput terasi dan garam. Ketika dengan lantang mereka memperdengarkan surat-suratmu, masih juga kurajut huruf demi huruf demi tugas esok hari. sambil sesekali mengelus dada saat menemui banyak khilaf di sana. "Apa yang telah kutanam pada ladang masa depan mereka?" Ketika semua masih terlelap, aku harus bangun bersegera lalu diam-diam menghadap-Mu. Masih sunyi. Tanpa toa, tanpa euforia. Dalam senyap, segala kesah dan harap berderap. Mengalahkan segala. Hanya sekejap, dapat kucumbui huruf demi huruf suratmu. Namun hatiku masyuk, mabuk atas candu kata-katamu. Ketika orang ramai masuk ruang pestamu Kupilih memainkan irama penggorengan dan piring serta sendok. Tak beraturan. Tapi nada dasarnya sama. Ia hanya sebagian kecil dari surat-suratmu yang kupuisikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar