Rabu, 29 Juli 2015

MEMBACA EMBUN

Embun luruh usai subuh bagimu tak ada yang istimewa meski ia bersetia mengantar matahari merangkak hingga engkau memiliki hak pada pertemuan yang berkah. Embun melesat hilang ketika siang tak lagi menyisakan bayangan bagimu tak ada yang istimewa meski ia menjadi punggawa pada pertemuan penuh cahaya. Seperti embun begitulah kasih sayang Yang menetes pada hati dan menghidupkanmu sayang engkau lupa menebarkan pada anak-anak malang yang terlahir tanpa kasih sayang. Seperti embun saat senja hanya cerita begitulah engkau berteriak tentang sedekah dan kebaikan lainnya. senyatanya kau lebih memilih menyembunyikan kedua tanganmu. Katamu, tangan-tangan lemah dan berdaki itu tak layak menyentuh ujung jariku. Malam tanpa cahaya adalah hatimu entah sampai kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar