Minggu, 20 Oktober 2013

USAI ORASI

Ketika mereka usai berorasi, kita terpesona pada janji-janji
segala atribut kejujuran dibentangkan untuk beribu niat busuk
kita tengadahkan tangan berharap segala kebaikan.
Mengapa masih ternganga ketika segala kebusukkan terkuakkan?
bukankah segalanya telah dimulai
pada detik berikutnya ketika kita usai menyerahkan kepercayaan
juga pengharapan yang bertahun terus kita tumbuhkembangkan?
Entah ... tahun depan
ketika segala janji disuarakan
di antara keras suara lagu dangdut dan joget para biduan
benih asa itu masihkah tersisa?
ataukah banjir dan panas kering bermusim telah memusnahkannya?
hingga segala tak bersisa, harap tinggal kenang
dan Indonesia semakin menjauh dari harapan? 


Entah ... aku melihat air mataku,
aku mendengar jerit kelaparanku
pada sosok yang tiap hari ditayangkan
dalam "Orang-orang Pinggiran"
Hari ini mereka, esok mungkin kita, anak kita, bahkan mungkin
semua anak cucu kita .
Sebab, keserakahan telah menandastuntaskan segala sumber daya
hingga tulang-tulangnya pun tak bersisa.

Ah koruptor, srigala yang kau piara dalam lakon busukmu
adalah neraka masa depan
bagi anak cucuku, anak cucu mereka, juga anak cucumu.
Bahkan mungkin, anak cucumu berada di lapis terbawah.
Karena mereka tak hanya tersiksa,
tapi juga terhina sebab kakek moyangnya
penyebab segala derita anak bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar