Pengantar:
Banyak orang mengira bahwa kalimat efektif itu kalimat yang sesuai dengan EyD. Pemahaman ini tentu harus diluruskan. Mengapa? EyD atau Ejaan yang Disempurnakan hanya satu bagian saj dari syarat kebakuan kalimat. EyD itu berkaitan dengan tata cara penulisa saja, jdi tidak mencakup bagaimana pembentukan kata yang tepat, penyerapan kata asing yang benar, logika kalimat dan lainnya.
Yuk mengenal kalimat efektif lebih dalam.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan
pesan pembicara atau penulis sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau
pendengar. Kalimat baku selalu berwujud kalimat efektif meskipun kalimat
efektif tidak selalu berwujud kalimat
baku. Kalimat efektif yang tidak baku digunakan dalam bahasa pergaulan (ragam
lisan). Kalimat efektif yang dibahas dalam bab ini adalah kalimat efektif yang
memenuhi kaidah bahasa baku. Oleh karena itu, kalimat efektif harus memenuhi
kaidah struktur, diksi, maupun logikanya.
Beberapa penyebab ketidakefektivan kalimat sebagai
berikut.
1. Menyalahi Kaidah Tata Bahasa
a. Menyalahi
kaidah fonologi (ejaan)
Kaidah
fonologi dalam bahasa lisan terlihat dari penggunaan ejaan. Kalimat tidak
efektif karena menyalahi kaidah EYD (lihat bab Ejaan).
Contoh
:
1) Harga B.B.M semakin tak terjangkau rakyat
kecil. (B.B.M seharusnya
BBM).
2) Pelayanan
kesehatan di Puskesmas sekarang ini sudah memenuhi standart. (Puskesmas seharusnya puskesmas sebab tidak diikuti nama
wilayahnya, standart seharusnya standar).
3) Jangan menyalah gunakan jabatanmu! (penulisan menyalah gunakan seharusnya dirangkai
menjadi menyalahgunakan sebab kata
majemuk yang mendapat konfiks/afiks gabung harus ditulis menjadi satu).
b. Menyalahi
kaidah morfologi (pembentukan kata)
Contoh:
1) Anissa memakai
pakaian yang menyolok mata. (menyolok seharusnya mencolok, sebab kaidah morfofonemis meN- + c,d,t, j → men-.)
2) Para siswa
mendiskusikan hasil analisa mereka. (analisa seharusnya analisis).
3) Ketua
menyampaikan pertanggungan jawab di
depan anggota. (pembentukan kata pertanggungan jawab salah sebab gabungan
kata tersebut berasal dari bentuk dasar tanggung
jawab mendapat konfiks per-an.
Jadi seharusnya menjadi pertanggungjawaban).
4) Pemerintah akan
memperlebarkan jalan propinsi ini
tahun depan.
(Kata memperlebarkan mengandung kerancuan seharusnya melebarkan atau memperlebar).
c. Menyalahi kaidah
sintaksis/tata kalimat.
Contoh:
1) Sehingga ia
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. (Kalimat tunggal ini tidak efektif
didahului oleh konjungsi).
2) Mereka yang
bertanggung jawab dalam masalah ini. (Pola kalimat tidak jelas sebab P
didahului oleh “yang“)
Yang efektif :
Mereka bertanggung jawab dalam masalah
ini
3) Pada rapat itu
membahas upaya pemberantasan virus H5N1. (S kalimat aktif tidak jelas sebab didahului oleh kata depan).
Pembetulan:
Rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1.
atau Pada rapat itu dibahas upaya pemberantasan
virus H5N1.
4) Ia sangat suka
bermain sepak bola, basket, dan ayam goreng. (Mengandung ketidaksejajaran makna
sebab sepak bola, basket, dan ayam goreng sama-sama berfungsi sebagai
pelengkap dengan P yang sama yaitu suka
bermain.)
Pembetulan:
Ia sangat suka bermain sepak bola dan basket serta makan
ayam goreng.
5) Dengan mengucap
syukur Alhamdulillah maka selesailah pembangunan musholla Ma’al Abror ini.
(Mengandung ketidaksejajaran makna. Apakah mungkin hanya dengan mengucap
Alhamdulillah maka pembangunan mushola Maal Abror bisa langsung selesai?).
Pembetulan:
Marilah kita mengucapkan Alhamdulillah atas
selesainya pembangunan musholla Ma’al Abror ini.
6) Pekerjaannya menangani peminjaman,
pengembalian, dan menata buku di perpustakaan. (Mengandung ketidaksejajaran
bentuk kata. Seharusnya jika setelah kata menangani (P) berwujud KB
(peminjaman, pengembalian) maka menata seharusnya penataaan atau semuanya
dijadikan KK menjadi meminjamkan, mengembalikan, dan menata)
Pembetulannya:
a.
Pekerjaannya menangani peminjaman, pengembalian, dan penataan
buku di perpustakaan.
b. Pekerjaannya menangani meminjamkan, mengembalikan, dan
menata
buku di
perpustakaan
3. Kalimatnya
tidak logis/tidak masuk akal.
Contoh:
1) Pencuri berhasil ditangkap polisi. (Yang
berhasil bukan pencurinya, tetapi polisinya sebab pencuri yang berhasil
seharusnya tidak tertanggkap, tetapi mampu melarikan diri).
Pembetulan: Polisi berhasil menangkap pencuri.
2) Yang merasa kehilangan dompet dapat diambil
di kantor tata usaha. (Yang diambil dalam kalimat tersebut adalah yang
kehilangan (orangnya), bukan dompetnya).
Pembetulan: Yang merasa kehilangan dompet dapat
mengambilnya di
kantor tata usaha.
4. Tidak
mengandung unsur mubadzir
a. Kedua orang itu saling berpandang-pandangan.
(kata
ulang berpandang-pandangan sudah
bermakna ’saling’).
Pembetulan:
Kedua orang itu berpandang-pandangan.
Kedua orang itu salingberpandangan.
b. Penjelasan
petugas dari Dinas Kesehatan Kota Batu amat sangat jelas bagi
kami.
Pembetulan:
Penjelasan petugas Dinas Kesehatan Kota Batu sangat jelas
bagi kami.
5. Pilihan kata
tidak tepat.
Contoh:
Selesai belajar bunuhlah lampunya.
Pembetulan:
Selesai belajar padamkan lampunya.
6. Mengandung
unsur kedaerahan/asing.
Contoh:
Gue nggak mau ngurusin soal itu lagi.
Demi kepuasan para kustomer kami
akan meningkatkan pelayanan.
(kata kustomer
seharusnya pelanggan).
7. Bermakna ambigu
atau ganda.
Contoh:
Istri pak lurah yang baru itu meninggal dunia. (yang baru ‘pak lurah’
atau ‘istrinya’).
Pesawat Fokker baru mendarat di
lapangan terbang Adi Sucipto Malang.
(pesawat fokker
baru atau baru mendarat?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar