Kamis, 21 Januari 2016

Belajar Kalimat Efektif

Pengantar: 
Banyak orang mengira bahwa kalimat efektif itu kalimat yang sesuai dengan EyD. Pemahaman ini tentu harus diluruskan. Mengapa? EyD atau Ejaan yang Disempurnakan hanya satu bagian saj dari syarat kebakuan kalimat. EyD itu berkaitan dengan tata cara penulisa saja, jdi tidak mencakup bagaimana pembentukan kata yang tepat, penyerapan kata asing yang benar, logika kalimat dan lainnya. 
Yuk mengenal kalimat efektif lebih dalam.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan pembicara atau penulis sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat baku selalu berwujud kalimat efektif meskipun kalimat efektif tidak selalu  berwujud kalimat baku. Kalimat efektif yang tidak baku digunakan dalam bahasa pergaulan (ragam lisan). Kalimat efektif yang dibahas dalam bab ini adalah kalimat efektif yang memenuhi kaidah bahasa baku. Oleh karena itu, kalimat efektif harus memenuhi kaidah struktur, diksi, maupun logikanya.
Beberapa penyebab ketidakefektivan kalimat sebagai berikut.
1.      Menyalahi Kaidah Tata Bahasa
a.      Menyalahi kaidah fonologi (ejaan) 
         Kaidah fonologi dalam bahasa lisan terlihat dari penggunaan ejaan. Kalimat tidak efektif karena menyalahi kaidah EYD (lihat bab Ejaan).
         Contoh :
1)   Harga B.B.M semakin tak terjangkau rakyat kecil. (B.B.M seharusnya
      BBM).
2)   Pelayanan kesehatan di Puskesmas sekarang ini sudah memenuhi standart. (Puskesmas seharusnya puskesmas sebab tidak diikuti nama wilayahnya, standart seharusnya standar).
3)   Jangan menyalah gunakan jabatanmu! (penulisan menyalah gunakan seharusnya dirangkai menjadi menyalahgunakan sebab kata majemuk yang mendapat konfiks/afiks gabung harus ditulis menjadi satu).
b.      Menyalahi kaidah morfologi (pembentukan kata)
         Contoh:
1)   Anissa memakai pakaian yang menyolok mata. (menyolok seharusnya mencolok, sebab kaidah morfofonemis meN- + c,d,t, j → men-.)
2)   Para siswa mendiskusikan hasil analisa mereka. (analisa seharusnya analisis).
3)   Ketua menyampaikan pertanggungan jawab di depan anggota.  (pembentukan kata pertanggungan jawab salah sebab gabungan kata tersebut berasal dari bentuk dasar tanggung jawab mendapat konfiks per-an. Jadi seharusnya menjadi pertanggungjawaban).
4)   Pemerintah akan memperlebarkan jalan propinsi ini tahun depan.
      (Kata memperlebarkan mengandung kerancuan seharusnya melebarkan atau memperlebar).
c.         Menyalahi kaidah sintaksis/tata kalimat.
            Contoh:
1)   Sehingga ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. (Kalimat tunggal ini tidak efektif didahului oleh konjungsi).
2)   Mereka yang bertanggung jawab dalam masalah ini. (Pola kalimat tidak jelas sebab P didahului oleh “yang“)
      Yang efektif : Mereka  bertanggung jawab dalam masalah ini
3)   Pada rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1. (S kalimat aktif tidak jelas sebab didahului oleh kata depan).
      Pembetulan: Rapat itu membahas upaya pemberantasan virus H5N1.  
atau     Pada rapat itu dibahas upaya pemberantasan virus H5N1.
4)   Ia sangat suka bermain sepak bola, basket, dan ayam goreng. (Mengandung ketidaksejajaran makna sebab sepak bola, basket, dan ayam goreng sama-sama berfungsi sebagai pelengkap dengan P yang sama yaitu suka bermain.)
Pembetulan: Ia sangat suka bermain sepak bola dan basket serta makan
ayam goreng.
5)   Dengan mengucap syukur Alhamdulillah maka selesailah pembangunan musholla Ma’al Abror ini. (Mengandung ketidaksejajaran makna. Apakah mungkin hanya dengan mengucap Alhamdulillah maka pembangunan mushola Maal Abror bisa langsung selesai?).
      Pembetulan:
      Marilah kita mengucapkan Alhamdulillah atas selesainya pembangunan musholla Ma’al Abror ini.
6)   Pekerjaannya menangani peminjaman, pengembalian, dan menata buku di perpustakaan. (Mengandung ketidaksejajaran bentuk kata. Seharusnya jika setelah kata menangani (P) berwujud KB (peminjaman, pengembalian) maka menata seharusnya penataaan atau semuanya dijadikan KK menjadi meminjamkan, mengembalikan, dan menata)
      Pembetulannya:
a. Pekerjaannya menangani peminjaman, pengembalian, dan penataan
    buku di perpustakaan.
b. Pekerjaannya menangani meminjamkan, mengembalikan, dan menata
    buku di perpustakaan
3.      Kalimatnya tidak logis/tidak masuk akal.
         Contoh:
1)   Pencuri berhasil ditangkap polisi. (Yang berhasil bukan pencurinya, tetapi polisinya sebab pencuri yang berhasil seharusnya tidak tertanggkap, tetapi mampu melarikan diri).
      Pembetulan: Polisi berhasil menangkap pencuri.
2)   Yang merasa kehilangan dompet dapat diambil di kantor tata usaha. (Yang diambil dalam kalimat tersebut adalah yang kehilangan (orangnya), bukan dompetnya).
      Pembetulan: Yang merasa kehilangan dompet dapat mengambilnya di
kantor tata usaha.
4.   Tidak mengandung unsur mubadzir
      a.   Kedua orang itu saling berpandang-pandangan.
            (kata ulang berpandang-pandangan sudah bermakna ’saling’).
            Pembetulan:
Kedua orang  itu  berpandang-pandangan.
   Kedua orang itu salingberpandangan.
b.   Penjelasan petugas dari Dinas Kesehatan Kota Batu amat sangat jelas bagi
kami.
Pembetulan:    Penjelasan petugas Dinas Kesehatan Kota Batu sangat jelas
bagi kami.
5.   Pilihan kata tidak tepat.
      Contoh: Selesai belajar bunuhlah lampunya.
      Pembetulan: Selesai belajar padamkan lampunya.
6.   Mengandung unsur kedaerahan/asing.
      Contoh: Gue nggak mau ngurusin soal itu lagi.
                    Demi kepuasan para kustomer kami akan meningkatkan pelayanan.
  (kata kustomer seharusnya pelanggan).
7.   Bermakna ambigu atau ganda.
      Contoh: Istri pak lurah yang baru itu meninggal dunia. (yang baru ‘pak lurah’
                   atau ‘istrinya’).

            Pesawat Fokker baru mendarat di lapangan terbang Adi Sucipto Malang.

            (pesawat fokker baru atau baru mendarat?) 

Senin, 04 Januari 2016

SUP KAKI KAMBIG

TIM KAKI KAMBING, RESEP RAHASIA MERTUA

Tiap kali menjelang hari raya Idul Adha ada satu hal yang secara tak sadar sering terbayang-bayang.  Sesuatu yang sepele, lucu, atau barangkali aneh dan bisa jadi memalukan ya? Entahlah. Mau tahu apa itu? Hehehehe, aku sering terobses untuk mendapatkan kaki kambing. Sayangnya, obsesi yang sering mucul sejak limat tahun belakangan ini jarang terwujud.


Maklumlah suamiku pasti gak bakalan bersedia membawakan kaki kambing itu meski cuma sebelah sekali pun.  Padahal  sebagai salah seorang pengurus masjid di kompleks perumahan kami, tiap tahun dia selalu jadi panitia. Hm… melas banget. Ada tiga kali aku iseng-iseng pesan padanya.

“Mas, ntar bawain kaki kambing ya Mas, satu aja. Pengin banget aku memasaknya.”

Bukannya menjanjikan untuk membawakannya, malah aku ditegurnya.

“Malu-malu in saja! Berapa sih harganya? Umy beli saja ntar Aby ganti,” katanya.

Huaaaah, mana seru? Yang asyik kan kaki kambing itu didapetnya dari kambing kurban, dimakannya pas hari raya kurban. Lagi pula, karena bukan termasuk daging, kurasa gak salah kan kalau aku memintanya (hehehe jujur yang ini sebenarnya di hati malulah hahaha. Tapi supaya tulisan ini asyik, ya gak papa. Hahaha). 

Untungnya, sejak dua lebaran idul adha terakhir ini, pembantuku selalu dengan baik hati membawakan untukku. Heheheh, anak laki-lakinya yang biasa ikut motong kurban di mushala dekat rumahnya. Alhamdulillah sekarang aku bisa memasak kaki kambingkesukaanku.

Sebenarnya sering aku berpesan pada tukang sayur langgananku untuk membawakan kaki kambing. Sayangnya selalu tak terpenuhi. Beberapa kali juga kalau aku ke pasar, aku mencoba mencarinya. Sayangnya, sekali lagi, aku selalu gagal mendapatkannya. Jadilah, bila Idul Adha, aku sungguh mendambakan untuk mendapatkannya, meski Cuma sebelah.

Oh… kaki kambing idaman….

Awalnya aku paling benci bila berkunjung ke mertua dan mendapat sajian masakan kaki kambing. Biasanya perutku langsung mulas dan selera makanku langsung amblas. Entah kapan aku mulai menyukai masakan itu. Kurasa inilah benarnya pepatah Jawa, "gething, nyandhing". Membenci bakal menyukai. Buktinya dari sangat membencinya, sekarang saya sangat menyukainya. Hingga sekarang aku menjadikannya sebagai bahan masakan kesukaanku.

Sayangnya, tak mudah mendapatkan kaki kambing itu.

Mau tahu, kaki kambing itu dimasak apa? Masakan sederhana namun sekelas dengan sop buntut atau sop iga. Bisa membuat gairah makan meningkat dan mungkin baik juga buat orang yang dalam masa penyembuhan.  Namanya “Tim Kaki kambing”.

Nah inilah resepnya:
a.  Sepasang kaki kambing (berarti empat buah ya), yang sudah bersih.
b.  Sayur: buncis muda, potong-potong sekitar 3 cm.
c.  Rebus selama kurang lebih setengah jam dengan menggunakan panci presto.
d.  Siapkan bumbu-bumbunya:
     Bumbu halus: 5 siung bawang merah, 4 siung bawang putih, 15 butir merica, 3 cm
                             jahe. 
    Bumbu yang diiris:  4 batang daun bawang iris halus, 
                                         2 buah tomat ukuran sedang    belah jadi 6, 
                                         dan 2 batang serai belah jadi dua, 
                                         plus asam jawa secukupnya.
e.  Setelah kaki kambing lunak, bagi yang ingin aroma kambing tidak terlalu menyengat 
     oleh membuang kaldunya. Namun, bila dirasa tidak terlalu amis, kaldu bisa digunakan
     untuk memasak tim.
f.    Masukkan kaki kambing yang sudah lunak, air 2 liter, rebus hingga mendidih.
g.  Masukkan buncis yang sudah diiris.
h.  Tiga menit berikutnya masukkan semua bumbunya. Tambah gula pasir dua sendok.
i.   Sup siap dihidangkan dengan pelengkap sambal kecap, tahu gorEng, dan kerupuk udang.

   Tergoda? Silakan berburu kaki kambing. Tapi ingat, jangan sampai memotong kaki
kambing yang masih hidup!