MENCERMATI RPP
BISA JADI LANGKAH AWAL
MENULIS PTK
Benarkah
mencermati RPP bisa menjadi langkah awal menulis PTK? Barangkali pertanyaan itu terlintas di benak
bapak dan ibu guru ketika membaca judul tulisan ini. Bagaimana mungkin?
Bukankah, langkah awal menulis PTK adalah menemukan masalah?
Coba
kita ingat-ingat kembali kegiatan apa yang kita lakukan padaawal tahun
pembelajaran. Kita pasti satu jawaban: membuat, atau tepatnya, membenahi
perangkat pembelajaran untun tahun ajaran
yang baru. Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah kita benar-benar mau
mencermati kemudian membenahi perangkat kita, termasuk RPP-nya? Jadi, bukan
hanya mengubah penghitungan alokasi waktu, distribusi alokasi waktu, prota,
promes, dan mengganti tanggal, bulan, dan tahunnya.
Baiklah,
kali ini saya berprasangka, bapak ibu
melakukan hal yang sama dengan saya yaitu mencermati kelemahan perangkat kita, seterusnya kita hanya akan fokus pada RPP,
kemudian kita benahi. Begitu selalu kita lakukan setiap tahun ajaran berganti.
Mari kita renungkan kembali, apa yang bapak ibu pikirkan saat membenahinya?
Tidak hanya mencermati kelemahan sistematika, penggunaan bahasanya, atau yang
lainnya, otak kita selalu aktif mengingat kembali bagaimana kita mengajar
dengan RPP tersebut di kelas.
Pada
tahapan inilah sebenarnya, otak kita secara tidak sadar sedang mengidentifikasi
masalah. Bisa jadi saat itu kita teringat suasana kelas yang membosankan,
anak-anak mengantuk, bahkan ada yang berbincang-bincang dengan temannya.
Apalagi pelajaran tersebut berlangsung pada siang hari musim panas. Ampun deh.
Di samping panas, mengantuk, dan lelah, siswa juga sering tidak peduli dengan pembelajaran
yang kita sampaikan. Akibatnya, kita menjadi terbawa arus, menjadi ogah-ogahan
mengajar dan bahkan terbawa emosi. Awaaas, penyakit manula mengintai! Hehehe.
Refleksi
Berikutnya,
mari merefleksi diri dengan beberapa pertanyaan ini. Jawab dengan jujur. Tidak
usah ditulis. Cukup diakui saja dalam hati. Kan bukan ujian.
Apa
yang terjadi pada saat bapak dan ibu mengenang kembali pembelajaran materi
dengan RPP yang sedang bapak dan ibu cermati? Apakah bapak dan ibu menerapkan
RPP tersebut dalam pembelajaran? Bila tidak, jangan-jangan RPP bapak ibu hasil
kopi paste dan sekedar untuk memenuhi tanggungan administrasi kurikulum
sekolah? Yuk ah, segera bertaubat, mumpung masih sempat.
Baiklah,
saya balik husnudhon saja dech. Bapak dan ibu menggunakan RPP tersebut tetapi
pembelajaran tetap berlangsung tidak menyenangkan dan hasil belajar siswa juga
belum maksimal. Mari kita renungkan. Sebuah RPP idealnya ditulis sebagai rencana
pembelajaran yang baik karena kita telah merancang kegiatan pembelajaran,
media, bahkan mungkin juga posisi duduk siswa dengan baik. Kalau pembelajaran berlangsung dan hasilnya
tidak sesuai dengan harapan kita, apa sebabnya?
1.
Kita mengajar dengan tahapan
kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang tertuang di RPP. Kalau itu
yang terjadi, berari pembelajaran yang kita lakukan yang salah. Tanpa pedoman.
Ibarat berperang, kita hanya mempunyai senapan, tetapi ketika kita maju perang
kita tidak membawanya apalagi menggunakannya. Bisa mati kan? Hehehe Maaf, bisa
gugur kita jadi pahlawan. Hehehe
2.
Kita sudah mengajar menggunakan media dan
langkah pembelajaran sesuai RPP tetapi proses belajar dan hasilnya tetap belum
maksimal.
Ketika kita sampai pada
jawaban kedua inilah sesungguhnya pintu untuk “mengidentifikasi masalah” sudah
kita temukan. Selanjutnya, kita cba melihat apakah metode pembelajaran (yang
terejawantahkan dalam lengkah-langkah pembelajaran) dan media pembelajaran yang kita rencanakan
memungkinkan terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan?
Saya coba sajikan penggalan
RPP mata pelajaran PKn SMP (yang saya kopas dari internet, sengaja tidak saya
sebut sumbernya), berikut ini!
Materi Pembelajaran
1. Pengertian HAM
2. Dasar hukum
penegakan HAM di Indonesia
3. Lembaga-lembaga perlindungan HAM di Indonesia
C. Metode
Tanya
jawab, diskusi, ceramah bervariasi, dan
penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
(Strategi Pembelajaran/Kegiatan Belajar)
1. Pertemuan I
Pendahuluan
a. Apersepsi
a. Apersepsi
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-lain)
b. Memotivasi
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
c. Memberikan informasi tentang kompetensi yang
akan dicapai.
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
§ Penjelasan konsep secara umum tentang
arti/pengertian HAM yang ada dalam NKRI dikaitkan dengan HAM yang ada di
sekitar tempat tinggal siswa.
2).
Elaborasi
§ Melakukan kajian pustaka dengan menelaah UUD
1945 pada Pasal 28A sampai 28J.
§ Membagi siswa dalam 8 kelompok.
§ Menginstruksikan siswa untuk berdiskusi
setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J.
3) Konfirmasi
§ Guru meminta pendapat siswa tentang pengertian
HAM dan UUD 1945 pada pasal 28A.
§ Setelah selesai, masing-masing kelompok
melakukan presentasi hasil diskusi.
Penutup
a.
Dengan
bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi.
b.
Memberikan
post test sebagai umpan balik.
c.
Melakukan
tindak lanjut dengan memberi tugas untuk mempersiapkan diskusi minggu
berikutnya dengan membuat resume tentang pengertian HAM, UUD 1945, dan UU No.
39 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 23 tahun 2002.
E. Sumber Pembelajaran
- Buku teks Pendidikan Kewarganegaraan: untuk SMP dan MTs Kelas VII
- Buku UUD 1945
- UU No. 39 Tahun 1999
Terlepas dari kesalahan bentuk kegiatan
apersepsi di bagian pendahuluan maupun konfirmasi di kegiatan inti, mari kita cermati
materi, metode pembelajaran, langkah
pembelajaran, dan sumber pembelajaran.
1.
Dari sisi
materi kita sepakat bahwa materi dalam RPP ini berupa uraian-uraian panjang,
naratif, sejarah yang menuntut banyak ingatan.
2.
Dari sisi
metode kita tidak menemukan suatu model pembelajaran “yang beda”. Yang terbayang
adalah guru menerangkan, menugaskan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok,
lalu presentasi.
3.
Bayangan
pelasanaan metode pembelajaran yang “tidak beda, cenderung hambar” semakin
tampak pada langkah-langkah pembelajaran (pada bagian inti).
(a) Pada bagian eksplorasi jelas sekali bahwa guru
menerapkan metode ceramah.
(b) Pada tahap elaborasi bagian “Melakukan kajian pustaka
dengan menelaah UUD 1945 pada Pasal 28A sampai 28J” tidak
menggambarkan secara jelas apa yang harus dilakukan siswa. Bagaimana cara
mengkajinya? Bahan kajian disajikan dengan apa? Teks? Film? Foto? Atau hanya
buku teks? Kalau jawabannya buku teks
apalagi hanya LKS, sudah terbayang jelas betapa membosankan pembelajaran yang
harus dijalani siswa.
(c) Pada tahapan “Menginstruksikan
untuk berdiskusi
setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J” kegiatan diskusi yang diinstruksikan tidak
jelas. Pembentukan kelompoknya seperti apa? Posisi duduknya bagaimana? Bisa
jadi ini hanya diskusi untuk mengerjakan soal yang disediakan guru.
4.
Pada bagian sumber pembelajaran kita hanya menemukan
buku, buku, dan buku.
Nah bapak dan
ibu, bila RPP yang kita rancang seperti di atas, kemudian benar kita laksanakan
akan berjalan menyenangkan anak didik? Barangkali bapak dan ibu bisa
beragumentasi bahwa pembelajaran di kelas berlangsung menarik karena bapak
menggunakan kartu permainan, menggunakan kuis, dan sebagainya. Kalau begitu
jawabannya berarti RPP yang kita buat tidak kita gunakan.
Kalau benar
kita sudah mengajar dengan cara yang baik, mengapa tidak kita benahi RPP kita?
Penemuan Masalah
Kalau ternyata,
pembelajaran bapak berlangsung sesuai dengan RPP dan pembelajaran berangsung
kurang menyenangkan dan hasil belajar siswa kurang maksimal, kita telah
menemukan permasalahan.
Apa?
Ya itu tadi proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasil belajar tidak
menyenangkan. Mengapa terjadi? Karena siswa tidak tertarik, tidak
termotivasi untuk mengikuti pelajaran bahkan mengantuk. Kalau begitu
kita harus meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana
cara meningkatkan semua itu? Jawabannya sebenarnya terletak pada faktor penentu
hasil belajar “yang bisa direkayasa”. Faktor penentu hasil belajar ada yang
alami dan ada yang bisa direkayasa. Yang alami itu seperti minat, bakat, dan
kecerdasan. Faktor yang bisa direkayasa itu seperti pendekatan, metode, model
pembelajaran, media pembelajaran, dan posisi duduk siswa.
Bila
melihat penggalan RPP di atas, kita coba berasumsi bahwa anak-anak tidak
termotivasi belajar karena pembelajarannya tidak menyenangkan dan media
pembelajarannya pun tidak menarik. Akibatnya hasil belajarnya pun rendah.
Nah,
setelah menemuan masalahnya, kita lanjut dengan mencari pemecah (alat/ cara)
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Bisa jadi menggunakan media
pembelajaran yang menarik seperti film atau foto-foto dokumenter. Bisa juga
kita lakukan dengan memilih model pembelajaran TGT yang menuntut adanya unsure berlomba
dalam diskusi. Jadi proses diskusi dalam kelompok akan lebih muncul karena
adanya keinginan alami setiap individu menjadi yang terbaik.
Jadi,
tidak salah kan kalau saya nyatakan bahwa membenahi RPP bisa menjadi langkah
pertama menulis PTK?
(Tunggu
lanjutannya ya. Sudah nguantuk)
Terlepas dari kesalahan bentuk kegiatan apersepsi di bagian pendahuluan
maupun konfirmasi di kegiatan inti, mari kita cermati materi, metode pembelajaran, langkah pembelajaran,
dan sumber pembelajaran.
1.
Dari sisi
materi kita sepakat bahwa materi dalam RPP ini berupa uraian-uraian panjang,
naratif, sejarah yang menuntut banyak ingatan.
2.
Dari sisi
metode kita tidak menemukan suatu model pembelajaran “yang beda”. Yang terbayang
adalah guru menerangkan, menugaskan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok,
lalu presentasi.
3.
Bayangan
pelasanaan metode pembelajaran yang “tidak beda, cenderung hambar” semakin
tampak pada langkah-langkah pembelajaran (pada bagian inti).
(a) Pada bagian eksplorasi jelas sekali bahwa guru
menerapkan metode ceramah.
(b) Pada tahap elaborasi bagian “Melakukan kajian pustaka
dengan menelaah UUD 1945 pada Pasal 28A sampai 28J” tidak
menggambarkan secara jelas apa yang harus dilakukan siswa. Bagaimana cara
mengkajinya? Bahan kajian disajikan dengan apa? Teks? Film? Foto? Atau hanya
buku teks? Kalau jawabannya buku teks
apalagi hanya LKS, sudah terbayang jelas betapa membosankan pembelajaran yang
harus dijalani siswa.
(c) Pada tahapan “Menginstruksikan
untuk berdiskusi
setelah mendengar dan menelaah tentang UUD 1945 pasal 28A sampai dengan 28J” kegiatan diskusi yang diinstruksikan tidak
jelas. Pembentukan kelompoknya seperti apa? Posisi duduknya bagaimana? Bisa
jadi ini hanya diskusi untuk mengerjakan soal yang disediakan guru.
4.
Pada bagian sumber pembelajaran kita hanya menemukan
buku, buku, dan buku.
Nah bapak dan
ibu, bila RPP yang kita rancang seperti di atas, kemudian benar kita laksanakan
akan berjalan menyenangkan anak didik? Barangkali bapak dan ibu bisa
beragumentasi bahwa pembelajaran di kelas berlangsung menarik karena bapak
menggunakan kartu permainan, menggunakan kuis, dan sebagainya. Kalau begitu
jawabannya berarti RPP yang kita buat tidak kita gunakan.
Kalau benar
kita sudah mengajar dengan cara yang baik, mengapa tidak kita benahi RPP kita?
Penemuan Masalah
Kalau ternyata,
pembelajaran bapak berlangsung sesuai dengan RPP dan pembelajaran berangsung
kurang menyenangkan dan hasil belajar siswa kurang maksimal, kita telah
menemukan permasalahan.
Apa?
Ya itu tadi proses pembelajaran tidak menyenangkan dan hasil belajar tidak
menyenangkan. Mengapa terjadi? Karena siswa tidak tertarik, tidak
termotivasi untuk mengikuti pelajaran bahkan mengantuk. Kalau begitu
kita harus meningkatkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana
cara meningkatkan semua itu? Jawabannya sebenarnya terletak pada faktor penentu
hasil belajar “yang bisa direkayasa”. Faktor penentu hasil belajar ada yang
alami dan ada yang bisa direkayasa. Yang alami itu seperti minat, bakat, dan
kecerdasan. Faktor yang bisa direkayasa itu seperti pendekatan, metode, model
pembelajaran, media pembelajaran, dan posisi duduk siswa.
Bila
melihat penggalan RPP di atas, kita coba berasumsi bahwa anak-anak tidak
termotivasi belajar karena pembelajarannya tidak menyenangkan dan media
pembelajarannya pun tidak menarik. Akibatnya hasil belajarnya pun rendah.
Nah,
setelah menemuan masalahnya, kita lanjut dengan mencari pemecah (alat/ cara)
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Bisa jadi menggunakan media
pembelajaran yang menarik seperti film atau foto-foto dokumenter. Bisa juga
kita lakukan dengan memilih model pembelajaran TGT yang menuntut adanya unsure berlomba
dalam diskusi. Jadi proses diskusi dalam kelompok akan lebih muncul karena
adanya keinginan alami setiap individu menjadi yang terbaik.
Jadi,
tidak salah kan kalau saya nyatakan bahwa membenahi RPP bisa menjadi langkah
pertama menulis PTK?
(Tunggu
lanjutannya ya. Sudah nguantuk)